- Salah seorang biksu dikenali masyarakat, tapi Biara Shwe Kyin membantah.
- Amuk biksu pro-militer tidak akan menghentikan pengunjuk rasa melumpuhkan pemerintahan militer.
JERNIH — Sekelompok biksu, Kamis 18 Februari 2021, mengamuk dan menghancurkan kendaraan pengunjuk rasa anti-kudeta militer.
Amuk biksu terjadi di Jl Pagoda Kabar Aye, Yangon. Saksi mata mengatakan empat mobil hancur, dan satu pengemudi babak belur dihajar biksu pro-kudeta militer.
Pengemudi dan pemilik kendaraan di seluruh negeri menggelar kampanye broken down cars hari kedua. Mereka menghentikan kendaraan, berjalan perlahan, untuk menciptakan kemacetan total di seluruh negeri.
Tujuannya aksi, mencegah penduduk pergi bekerja, dan mengajak mereka terlibat aksi pembangkangan sipil. Unjuk rasa ini adalah cara terbaru untuk menghentikan kemampuan militer memerintah.
Setelah amuk para biksu, pemilik mobil berkumpul di luar Biara Shwe Kyin, tempat para biksu yang ngamuk kali terakhir terlihat. Pemilik mobil menuntut ganti rugi.
Anggota kerumunan mengatakan penyerang bukan biksu sungguhan. Seorang biksu dari biara itu mengatakan; “Jangan pernah mengucapkan kata biksu palsu.”
Biksu lain di biara itu menyangkal rekan-rekannya memecahkan jendela mobil, memukuli pengemudi, dan mengatakan karus ini harus dilaporkan ke pihak berwenang.
Seorang petugas polisi tiba di lokasi serangan untuk mencatat kejadian, tapi menolak pergi ke biara bersama pengunjuk rasa.
Saksi mata melaporkan di media sosial bahwa satu dari empat biksu yang tertangkap kamera sedang mengamuk bernama Pyinnyawuntha — anggota Persatuan Biksu Muda Patriotik, sebuah kelompok ultranasionalis.
Tahun 2017 Pyinnyawuntha bergabung dengan protes anti-pemerintah, dan dijatuhi hukuman satu tahun penjara karena menghasut massa. Dia juga didaksa berdasarkan UU Majelis Damai dan didenda 10 ribu kyat karena mendukung Biksu Wirathu, dari kelompok sayap kanan.
Amuk biksu yang diduga pro-militer itu tidak akan menghentikan upaya rakyat Myanmar mendongkel junta militer dari kekuasaan.