Atas pencapaian prestasi ranking pertama ZI (Zona Integritas) itu, RS Pelamonia menerima dana pembinaan sebesar Rp 1 miliar dari Kasad. “Di era saya belum ada semacam penghargaan Zona Integritas, tapi kami sudah melakukannya, sehingga ketika ada penilaian sekarang, RS Pelamonia tetap unggul performanya,” ujar dr. Made, bangga.
JERNIH–Ada perasaan bangga yang membuncah ketika mendengar kabar menggembirakan dari RS Tk II Pelamonia, Kodam XIV/Hasanuddin. RS yang berlokasi di Makassar itu, beroleh penghargaan juara I Zona Integritas yang diterima langsung Karumkit Pelamonia Kolonel Ckm dr. Fenty Alvian Amu, Sp.P,, M.A.R.S., F.I.S.R. dalam acara Rapim TNI-AD, di Balai Kartini, Mabes TNI-AD, Jakarta, Kamis (29/2/2024).
Kebanggaan itulah dirasakan oleh Waka Puskesad, Brigjen TNI dr. I Made Mardika, Sp.PD.,M.A.R.S, FINASIM. Maklumlah, ia pernah menjadi kepala Rumah Sakit Tk II Pelamonia selama 4 (empat) tahun (2016 – 2020). Dan di era kepemimpinan dia, RS Pelamonia bersolek dan berbenah diri. “Saya ikut bangga dan terharu atas penghargaan dari Bapak Kasad, bagaimanapun banyak kenangan saat bertugas di RS Pelamonia,” ungkap Made.
Kala itu tahun 2016, dr. Made dan tim di Pelamonia, tidak saja memasang paving block di halaman depan sehingga tidak lagi becek ketika musim hujan, tetapi juga merenovasi sejumlah bangunan. Dan yang lebih penting, di era dr. I Made Mardika, RS Pelamonia memiliki fasilitas MRI (Magnetic Resonance Imaging). Sebuah alat medis pemeriksaan yang dilakukan menggunakan gelombang radio dan teknologi magnet.
“Sekali lagi, saya mengucapkan selamat atas pencapaian prestasi tersebut. Semoga penghargaan yang diterima menjadi daya ungkit dan semangat untuk berkarya lebih baik lagi ke depan. Bravo! “ ujar dr. Made.
Atas pencapaian prestasi ranking pertama ZI (Zona Integritas) itu, RS Pelamonia menerima dana pembinaan sebesar Rp 1 miliar dari Kasad. “Di era saya belum ada semacam penghargaan Zona Integritas, tapi kami sudah melakukannya, sehingga ketika ada penilaian sekarang, RS Pelamonia tetap unggul performanya,” ujar dr. Made, bangga.
Made sendiri usai bertugas di Pelamonia, langsung bergeser menjadi Kakesdam IX/Udayana. Kala itu Maruli Simanjuntak menjabat sebagai Pangdam Udayana.
Saat ditemui wartawan, Made sempat berkomunikasi lewat telepon dengan juniornya, Ka Rumkit Pelamonia Kolonel Ckm dr Alvian yang putra Gorontalo. “Dia ada di sana waktu saya menjadi Ka Rumkit. Jadi tahu, bagaimana kami dulu menyiapkan rumah sakit itu sehingga bisa menjadi bagus dan membanggakan seperti sekarang,” kata Made pula.
Ia teringat, saat menjadi Ka Rumkit RS Pelamonia Makassar dulu, tinggalnya tak jauh dari lokasi rumah sakit. Tepatnya di Jl. Buntu Torpedo. “Kalau ke kantor jalan kaki,” kenang mantan Dokpri Wapres Boediono dan Wapres Jusuf Kalla itu dan juga mantan anggota Tim Dokter Kepresidenan (TDK) Presiden Jokowi.
Tokoh Pelamonia
RS Pelamonia adalah satu dari puluhan rumah sakit di bawah Pusat Kesehatan TNI Angkatan Darat. Di Makassar dan masyarakat kawasan timur Indonesia, nama RS Pelamonia sangat familiar.
RS milik TNI-AD yang operasionalnya di bawah binaan Kesdam Hasanuddin itu, tidak saja memberi pelayanan kepada prajurit, PNS beserta keluarga, tetapi juga bagi masyarakat umum. Termasuk pasien BPJS.
Meski berada di Makassar, tetapi nama rumah sakit itu adalah nama fam masyarakat Pulau Saparua, Maluku Tengah. Tepatnya, diambil dari nama putra Maluku Eduard Ernst Pelamonia, mantan tantara KNIL (Koninklijk Nederlands Indisch) yang kemudian bergabung ke TNI.
Kisah pemberian nama Pelamonia juga dilatarbelakangi sejarah panjang. Dulunya, rumah sakit tersebut dibangun oleh pemerintah Hindia Belanda tahun 1917 dan bernama Militaire Hospital.
Militaire Hospital, salah satu instalasi kesehatan tentara Belanda pada saat itu baru dapat diambil alih TNI pada tanggal 12 Juli 1950 kemudian menjadi RST TT VII dengan pimpinan Ka Rumkit Letkol dr. Sumarno S. merangkap Ka DKT-TIT, dan Waka Rumkit Mayor tit dr. Ch. Mailoa yang sebelumnya dokter dari Militair Hospital.
Pada tanggal 1 Juni 1957 dengan berubahnya TT VII menjadi Kodam Sulawesi Selatan dan Tenggara (KDMSST) kemudian berubah nama menjadi Kodam XIV Hasanuddin, maka Rumah Sakit pun berubah nama dari RST TT. VII menjadi Rumkit KDMSST kemudian menjadi Rumah Sakit Kodam XIV/Hsn “Pelamonia” dan kini dikenal dengan nama Rumah Sakit Tk.II Pelamonia.
Pemilik nama yang diabadikan menjadi nama Rumkit, yaitu Letkol dr E.E Pelamonia, meninggal dalam perawatan akibat sakit kanker tenggorokan di Belanda.
Bagi kalangan militer Indonesia, EE Pelamonia yang lahir 28 Januari 1911 di Makassar, tidaklah asing. Dia adalah seorang dokter militer yang ikut berjasa dalam bidang kesehatan.
Dalam lembaran negara, tercatat EE Pelamonia berpangkat Letnan Kolonel dan bertugas di Djawatan Kesehatan Angkatan Darat. Penetapan pangkatnya disahkan oleh Presiden Sukarno lewat Keputusan Presiden RI Nomor 151 Tahun 1952, tertanggal 28 Juni 1952. Dalam Keppres tersebut selain ada nama Pelamonia, juga terdapat 29 nama tentara lainnya, termasuk Dr Ibnu Sutowo.
Sementara dalam sejarah TNI Angkatan Darat, tercatat E.E Pelamonia adalah perwira militer pertama yang menjabat sebagai Direktur Pusat Pendidikan Kesehatan Lapangan Angkatan Darat disingkat PPKL–AD di Cililitan Jakarta. PPKL-AD didirikan pada 9 Februari 1952, yang nantinya belakangan berganti nama menjadi Pusat Pendidikan Kesehatan (Pusdikkes) Angkatan Darat. [egy massadiah]