Site icon Jernih.co

BTS: Ironi Tambang Uang Industri Hiburan Korea

JERNIH — Pengumuman BTS akan berpisah sejenak, dan fokus pada proyek solo setiap anggota, mengejutkan basis penggemar global mereka, mengguncang harga saham HYBE, dan memunculkan pertanyaan soal masa depan boyband K-pop paling fenomenal itu.

The Associated Press memberitakan HYBE, perusahaan di belakang sukses BTS, membantah supergrup itu hiatus — kata yang digunakan grup dalam terjemahan pengumuman video makan siang emosional grup itu. Sejak itu anggota band tetap aktif di media sosial, melanjutkan aliran posting foto, dan jaminan BTS tidak akan bubar.

Terlepas dari dampak langsung pengumuman itu, saham HYBE anjlok 25 persen dan belum sepenuhnya pulih meski anggota BTS tetap aktif di media sosial dan perusahaan membantah kabar hiatus. Sebab, masa depan BTS tetap tanda tanya.

Wajib Militer

Ini berkaitan dengan pendaftaran wajib militer anggota BTS yang lebih tua, serta bagaimana keterlibatan grup dan penggemar setia mereka, dikenal dengan nama ARMY, dalam masalah sosial.

Tahun 2020, saat BTS berada di puncak karier, pemerintah Korsel merevisi UU Militer yang mewajibkan setiap pria berbadan sehat melakukan wajib militer dua tahun.

Revisi itu memungkinkan Jin, anggota BTS tertua, menunda wajib militer sampai usia 30 tahun jika mereka menerima medali pemerintah untuk meningkatkan reputasi budaya negara dan mengajukan penundaan. Seluruh anggota BTS memenuhi kriteria sebagai penerima medali pemerintah pada 2018.

“Pendaftaran wajib militer adalah faktor terbesar,” kata Lee Dong-yeun, profesor di Universitas Nasional Korea.

Ada imbauan, termasuk dari mantan Menteri Kebudayaan Korsel, agar BTS dikecualikan karena kontribusi mereka meningkatkan reputasi negara di kancah internasional. Kritikus mengatakan pengecualian seperti itu membengkokan aturan wajib militer dan menguntungkan mereka yang memiliki hak istimewa.

Jin diharapkan mendaftar tahun ini, kecuali menerima pengecualian. Pendaftaran akan memusingkan HYBE, karena BTS menyumbang 90 persen laba bersih. Laporan eBest Investmen & Securities menyebutkan saat ini BTS menghasilkan 50 sampai 60 persen laba HYBE.

Laporan eBest juga menyebutkan penurunan harga saham HYBE kemungkinan disebabkan antisipasi bahwa kegiatan BTS tidak pasti setelah menjalani wajib militer.

HYBE mencoba mendiversifikasi portofolio-nya dengan memunculkan boyband baru, membuat game online, dan meluncurkan tutorial bahasa Korea.

Ironi BTS

Sebagai band K-pop paling sukses, BTS menarik perhatian luar biasa di media sosial dengan setiap rilis baru. Setiap pertunjukan mereka di AS selalu sukses, yang membuat mereka kali pertama masuk nominasi Grammy Award.

Mereka berpidato di PBB, menyambangi Gedung Putih berkampanye melawan kejahatan dan kebencian kepada orang-orang Asia di AS.

“Begitu Anda mencapai kesuksesan seperti BTS, itu artinya Anda harus terus melakukan sesuatu yang terhubung dengan apayang Anda lakukan,” kata CedarBough Saeji, profesor Studi Korea dan Asia Timur di Universitas Nasional Busan.

Dalam rilis terbaru, siapa pun dapat melihat bagaimana mereka terus merefleksikan kembali di mereka berada saat ini. Sedangkan pengumuman hiatus mengisyaratkan niat BTS mencari tahu ke mana mereka akan pergi tanpa campur tangan orang lain.

“Mereka ingin menunjukan bahwa setiap individu mampu memilih jalan masing-masing,” katanya.

Pengumuman hiatus juga menimbulkan keraguan terhadap upaya keadilan sosial BTS, yang mencakup dukungan terhadap Black Lives Matter dan kampanye anti-kekerasan. Terlebih, penggemar BTS mengumpulkan satu juta dolar AS untuk Black Livers Matter setelah kematian George Floyd.

BTS juga menghadapi pertanyaan menjamur tentang mengapa mereka tidak vokal tentang diskriminasi di negeri sendiri.

Sebuah surat kabar terkemuka, misalnya, baru-baru menerbitkan tulisan kotemplatif tentang mengapa Korsel — meski memiliki BTS sebagai duta anti-diskriminasi dan hak asasi manusia — butuh 15 tahun untuk memperjuangkan UU anti-diskriminasi.

“Ini sebuah ironi,” kata penulis kolom itu. “Korsel butuh kekuatan sendiri untuk selamanya.”

Ketidadaan UU anti-diskriminasi di Korsel membuat perlakuan tidak adil terhadap perempuan dan orang asing merajalela. Jumin Lee, penulis buku Mengapa Hukum anti-Diskriminasi?, mengatakan ada kebutuhan mendesak akan UU itu.

“Korsel pada dasarnya berada dalam situasi sama secara hukum dengan Jim Crow South dari AS,” kata Lee. “Perlindungan setata adalah konsep konstitusional, tetapi tidak ada UU yang memungkinkan pemerintah memaksa perusahaan swasta mematuhinya.”

Artinya, masih menurut Lee, seorang pemilik usaha bisa memasang tanda di pintu yang bertuliskan tidak boleh ada gay, tidak boleh ada kulit hitam, atau tidak boleh ada orang tua. Tidak ada internvensi luar biasa dari Mahkamah Konstitusi.

“Hanya sedikit yang bisa dilakukan hukum untuk menghentikan tindakan diskriminasi,” lanjutnya.

BTS dan orang-orang bisnis, masih menurut Lee, tahu bahwa berbicara di AS itu menguntungkan. Namun melakukan hal serupa di negeri sendiri akan lebih merepotkan.

“Jika BTS memperjuangkan UU anti-diskriminasi, mereka akan disambut dengan ketidak-pedulian dan permusuhan terburuk,” kata Lee. “Beberapa penyanyi Korse, seperti Harisu dan Ha:tfelt berbicara tentang topik sensitif itu, meski ada reaksi balik.”

Nasib buruk dialami Song Kang-ho, aktor pemenang Festival Film Cannes, dan strudara Park Chan-wook. Keduanya masuk daftar hitam presiden terguling Park Geun-hye setelah mengomentari bencana tenggelam kapal feri Sewol yang menewaskan 304 orang tahun 2014.

Banyak artis Korsel sadar politik, tapi memilih tidak membahasa hal-hal sensitif. Mereka lebih suka diam, dan menikmati kesuksesan.

Beberapa anggota BTS, saat pengumuman hiatus, mengatakan kseulitan menulis lagu baru. RM, salah satunya, mengatakan setelah Butter dan Permission to Dance, tidak tahu lagi seperti apa BTS kelak.

“Setiap kali saya menulis lirik dan lagu, sangat penting cerita dan pesan seperti apa yang ingin saya sampaikan, tetapi semuanya sudah hilang,” kata RM.

Exit mobile version