Ramadhan menjadi momen tepat untuk mendidik diri menjadi pribadi yang santun, toleran, dan ramah untuk menciptakan perdamaian.
JERNIH – Sebentar lagi umat Islam di seluruh dunia akan memasuki bulan suci penuh berkah dan ampunan, bulan Ramadhan.
Esensi penting dari bulan Ramadhan adalah pencegahan atau menahan diri dari berbagai bentuk keburukan dan hal yang dapat merusak harmoni sosial.
Karena itu, Ramadhan menjadi momen tepat untuk mendidik diri menjadi pribadi yang santun, toleran, dan ramah untuk menciptakan perdamaian.
Demikian diungkapkan Sekretaris Badan Penelitian Pengembangan dan Pendidikan Latihan (Sesbalitbangdiklat) Kementerian Agama (Kemenag) RI, Muharram Marzuki, di Jakarta, Rabu (30/3).
Ia mengatakan, bulan Ramadhan harus dimanfaatkan sebaik-baiknya bagi umat muslim, untuk melakukan berbagai aktifitas kegiatan peribadatan, baik ibadah yang sifatnya hubungan vertical kepada Allah SWT, maupun ibadah yang berhubungan kepada umat manusia.
Baca Juga: Apa yang Ada di Kepala Putin?
Karena itu, bulan Ramadhan harus menjadi momen bersuka cita dan berbagi kebahagiaan, serta menunjukkan bagaimana agama Islam menjadi penyejuk dan rahmat bagi alam semesta. Sehingga membangun kerukunan.
“Kita menjalankan ibadah puasa di bulan Ramadhan, mewujudkan hati kita menjadi damai, sejuk, tentram dan toleran, dengan demikian maka itulah yang diharapkan Allah,” kata dia.
“Kita berbagi kebahagiaan di bulan Ramadhan dengan seluruh umat, itu yang dinamakan ibadah,” lanjutnya.
Ramadhan juga dapat menjadi momen yang tepat, baik bagi pemerintah maupun para tokoh agama dan tokoh masyarakat, untuk memasifkan pencegahan radikalisme.
“Dengan membangun ukhuwah wathaniyah. Misalnya dengan menggelar acara buka puasa bersama mengumpulkan berbagai kalangan,” katanya.
Menurut dia, pemerintah bisa melibatkan semua unsur mansyarakat yang berbeda suku, budaya, dan agama untuk ikut merayakan dan merasakan suka cita Ramadhan.
“Ini momentum yang sangat berharga dan massif. Bulan Ramadhan sebagai media silaturahim,” kata dia.
Ia mengimbau, masyarakat khususnya dalam menyambut Ramadhan untuk tidak hanya dapat menahan lapar dan haus. Namun juga menahan diri dari nafsu untuk menyebarkan fitnah, hoax, dan hatespeech yang membawa kepada kemudharatan.
“Bulan puasa ini harus menjadi pembelajaran, mulailah kita tidak menjadikan medsos sebagai alat menyebarkan fitnah, berita bohong, ataupun hal-hal yang mempengaruhi masyarakat menjadi resah,” ujar dia.
“Itu dosa besar dan puasa baginya menjadi tidak ada artinya,” tambahnya.