JAKARTA – Meski kematian pemimpin ISIS, Abu Bakar Al-Baghdadi telah diumumkan Presiden AS, Donald Trump pada Minggu (27/10/2019). Namun sebagian pihak masih meragukan hal tersebut. Sebab, beberapa kali, Al-Baghdadi dikabarkan tewas namun kembali muncul.
Penasehat senior Pasukan Demokratik Suriah (SDF), Polat Can meyakini jika sasaran militer AS ke pemimpin ISIS tersebut sudah tepat. Sebab, sebelum operasi militer, mata-mata yang ditugaskan untuk mengintai Al-Baghdadi sempat mengambil barang-barang pribadi, bahkan celana dalamnya.
Celana dalam Al-Baghdadi digunakan untuk mencocokkan DNA sebelum misi penyerbuan. Sampai akhirnya diumumkan oleh Donald Trump bahwa Al-Baghdadi telah tewas.
“Pakaian dalam Baghdadi dibawa untuk dipakai pada tes DNA, dan memastikan 100 persen orang yang dimaksud (tewas) adalah Baghdadi,” kata Can seperti diberitakan Reuters, Selasa (29/10/2019).
Untuk melacak keberadaan Baghdadi, SDF bekerja sama dengan CIA sejak 15 Mei, dan berhasil mengkonfirmasi bahwa Bahdadi telah pindah dari Deir al-Zor di Suriah timur ke Idlib, tempat dibunuhnya pemimpin ISIS itu.
“Semua intelijen dan akses ke Baghdadi serta identifikasi tempatnya, adalah hasil pekerjaan kami sendiri. Sumber intelijen kami terlibat dalam pengiriman koordinat, mengarahkan airdrop, berpartisipasi dalam dan membuat operasi sukses hingga menit terakhir,” jelasnya.
Setelah 24 jam kematiannya, mayat Baghdadi yang hancur akibat ledakan bom bunuh diri langsung dibuang ke laut. “Jenazahnya dibuang tepat sesuai dengan hukum konflik bersenjata,” Kata Ketua Kepala Staf Gabungan AS, Jenderal Mark Milley dirilis The Telegraph.
Pembuangan mayat Baghdadi kelaut dengan tujuan menghindari pembuatan situs pemakaman yang dapat diglorifikasi oleh kelompok ISIS. Bahkan hal tersebut mengikuti protokol yang sama dengan tubuh Osama bin Laden, dimakamkan di laut setelah dia terbunuh dalam serangan di Abbottabad, Pakistan pada tahun 2011 lalu.
Dimana badan Osama bin Laden dicuci sebelum ditutupi dengan kain kafan, dan doa dibacakan di kapal USS Carl Vinson.