Site icon Jernih.co

Cina Mengunci 4,8 Juta Penduduk Xiaogan di Rumah-rumah

Xiaogan — Pemerintah Cina mengambil langkah paling ekstrem untuk mencegah penyebaran virus korona di Xiaogan, kota kedua terburuk yang diserang wabah Covid-19, dengan mengunci seluruh peduduk di rumah masing-masing.

“Seluruh warga kota harus tinggal di rumah, dan dilarang keras keluar,” demikian pengumuman resmi pemerintah Xiaogan. “Penduduk desa dilarang saling berkunjung, atau mengadakan pertemuan.”

Mereka yang melanggar akan menghadapi hukuman penjara sepuluh hari, atau denda 500 yuan atau Rp 1 juta. Yang keluar membawa kendaraan mendapat tambahan hukuman; kendaraan disita dan mendapat label penduduk tidak dapat dipercaya.

Semua kendaraan; mulai dari sepeda, sepeda motor, dan ronda empat, dilarang berkeliaran di jalan-jalan. Semua tempat umum tidak penting harus tutup.

Larangan berlaku sejak Minggu 16 Februari 2020 tengah malam. Petugas akan berkeliling dari satu ke lain tempat selama 24 jam. Hanya pekerja medis yang boleh berkeliaran di jalan-jalan.

Xiaogan adalah kota berpenduduk 4,8 juta lebih, dengan satu juta orang bermukim di kawasan pengembangan Distrik Xiaonan. Kota berada di Propinsi Hubei, dan hanya 60 kilometer dari Wuhan.

Xiaogan kini memiliki 2,700 pasien terinfeksi virus korona, dengan korban meninggal 70 orang sepanjang hari Minggu. Jumlah korban tewas dalam sehari inilah yang membuat Cina mengambil langkah ekstrem.

Bersama Wuhan, Xiogan terkunci sejak 25 Januari 2020. Saat itu, pemerintah Cina melarang penduduk ke luar kota, dan pendatang dari luar dilarang masuk.

Pada 27 Januari 2020, seluruh hotel dan restoran diperintahkan tutup. Namun, penduduk masih boleh lalu-lalang di jalan-jalan.

Kini, penduduk tidak lagi terkunci di dalam kota, tapi di dalam rumah. Sebelum peraturan diterapkan, pemerintah menunjuk 42 supermarket, 161 pemasok bahan makanan, dan 88 apotek untuk tetap buka.

Warga hanya boleh melakukan pemesanan lewat aplikasi belanja dan telepon. Pembayaran dilakukan melalui transfer digital, dan barang yang dipesan akan diletakan di dpean rumah pada hari berikut.

Biro Urusan Sipil pekan lalu memberikan daftar nomor telepon 130 pejabat yang bisa dihubungi warga yang memerlukan bantuan.

Langkah ekstrem ini menimbulkan ketakutan baru di kalangan penduduk, yaitu keterlambatan pasokan bahan pangan. Feng Juan, yang tinggal di desa pinggiran Xiaogan, mengatakan; “Petugas sangat membantu, tapi tidak ada jaminan barang tiba tepat waktu.”

Exit mobile version