- Cina yakin kombinasi kedua vaksin akan menghasilkan respons imun yang kuat dan seimbang.
- Vaksin Inovio diinjeksi tidak dengan cara tradisional.
JERNIH — Regulator produk medis Cina menyetujui uji coba kombinasi vaksin SinoVac dengan vaksin berbasis DNA yang dikembangkan Inovio, perusahaan medis AS.
Joeph Kim, CEO Inovio, mengatakan vaksin produksinya dapat berfungsi sebagai vaksin utama dan penguat karena tolerabilitasnya, respon imun lintas-reaktif yang seimbang, dan profil termostabilitas yang kuat tidak membutuhkan ruang ultradingin saat pengiriman.
Wang Bin, ketua Advanccine Biopharmaceuticals Suzhou, mengatakan hasil kerja praklinis menyarankan penggabungan kedua vaksin berbeda membawa keuntungan.
“Penggabungan menghasilkan respons imun lebih kuat dan seimbang,” kata Wang Bin seperti dikutip South China Mirning Post.
Menurut IEEE Spectrum, vaksin Inovio dikirim dengan cara yang unik karena injeksi tradisional terbukti hanya memiliki efek terbatas. Perangkat elektroporasi khusus memberi kejutan listrik kecil saat injeksi.
Jarum yang digunakan untuk memasukan vaksin ke dalam tubuh juga lebih pendek. Kejutan pada menit pembuka saluran ke sel penerima memungkinkan vaksin dikirim.
Studi Juni 2021 lalu di Inggris, dan Juli 2021 di Korea Selatan, menunjukan penggabungan vaksin AstraZeneca dan Pfizer-BioNTech menunjukan sesuatu yang luar biasa.
Suntikan pertama AstraZeneca dan kedua Pfizer menghasilkan manfaat kekebalan relatif sama seperti dua dosis Pfizer. Menurut Reuters, temuan ini membuat negara-negara yang ragu menggunakan vaksin AstraZeneca, akibat banyak kasus pembekuan darah, bisa tetap menggunakan vaksin itu lagi.
Julian Tang, ahli virologi klinis Universitas Leicester Inggris, mengatakan keberhasilan campuran vaksin AstraZenecan dan Pfizer BioNTech mungkin belum tentu direproduksi kombinasi vaksin lain.
AstraZeneca adalah bervektor adenovirus. Vaksin Pfizer dibuat dengan teknologi mRNA.