“Lha, kok malah mempraktikkan politik SARA,” kata Ummaimah.
JERNIH- Meski cuitan ‘Allahmu lemah, Allahku luar biasa’ sudah dihapus pemilknya yakni Ferdinand Hutahaen, tetap tak mampu membendung kritik yang dilontarkan kepadanya. Ini, sungguh tidak pantas dilontarkan dalam situasi apapun. Kecuali, dimaksudkan sebagai strategi politik memecah belah.
Pakar komunikasi politik Universitas Paramadina, Ummaimah Wahid kepada wartawan mengatakan hal tersebut kepada wartawan, Rabu (5/1). Dia bilang, ketika pemerintah bersama masyarakat tengah berjibaku menghadapi pandemi beserta dampaknya, sudah semestinya aparat keamanan menjaga situasi yang kondusif agar seluruh elemen bangsa tak lagi dirugikan kegaduhan politik bernuansa SARA. Makanya, perlu juga aparat mengambil tindakan terkait kasus Ferdinand ini.
“Situasi yang kondusif semestinya dijaga, apalagi dalam situasi pandemi,” ujarnya.
Bagi kalangan tertentu, Ummaimah mengatakan kalau pernyataan Ferdinand bisa dipahami, Namun dengan pemahaman masyarakat yang tingkat literasinya masih beragam, sangat mudah terprovokasi perkataan SARA yang sangat sensitif bagi sebagian umat beragama.
Jadi, tidak tepat jika Ferdinand melontarkan pernyataan sensitif. Terlebih, statusnya sebagai politikus maka makna politik juga terbaca di dalamnya. Padahal, mantan politisi Partai Demokrat yang juga dilabeli kutu loncat ini dalam berbagai cuitannya di akun Twitter sudah menegaskan alergi dengan konten politik SARA.
“Lha, kok malah mempraktikkan politik SARA,” kata Ummaimah.
Cuitan Ferdinand, memang akhirnya memantik kegaduhan nasional. Jika ada perbedaan, seperti diberitakan Republika, Ummaimah bilang sudah sepatutnya dialog dikedepankan.
“Jadi, sebaiknya pernyataan politisi tidak justru menimbulkan kegaduhan, kecuali memang itu tujuannya,” kata Ummaimah.
Ferdinand memang sudah menyatakan permintaan maaf lewat video klarifikasi yang sudah dia posting. Dia juga menyebutkan kalau cuitan yang menimbulkan kegaduhan itu merupakan dialog imajiner pribadi.
“Bahwa cicitan saya itu kisahnya saya tidak sedang menyasar kelompok tertentu, agama tertentu, orang tertentu, atau kaum tertentu, tetapi saya dalam kondisi down kemarin saya juga hampir pingsan, saya tidak perlu bercerita masalah saya,” kata Ferdinand, Rabu (5/1).
“Bahwa ketika pikiran saya down saya berkata kepada saya, ‘Hei Ferdinand, kau akan hancur, Allahmu lemah tidak akan bisa membela kau’, tetapi hati saya berkata, ‘Oh tidak, pikiran Allahku kuat, Allahku tidak perlu dibela, saya harus kuatlah’ kira-kira seperti itu intinya,” kata Ferdinand menegaskan.