- Ahmad Massoud, putra Ahmad Shah Massoud, melakukan perlawanan sejak 2009.
- Naluri militernya membimbingnya bersiap diri jika AS dan NATO angkat kaki.
- Namun situasi telah berubah. Taliban tidak lagi didominasi etnis Pashtun, tapi menyatukan semua etnis dengan ideologi.
- Ahmad Massoud minta senjata dan pasokan amunisi ke AS.
- AS belum merespon sama sekali. Hanya aktivis Tajik di Prancis yang mendukung.
JERNIH — Taliban menyatakan perang telah usai. Ahmad Massoud, putra mantan panglima perang etnis Tajik yang memerangi Uni Soviet, meminta senjata kepada AS untuk menghadapi Taliban.
“AS dan sekutunya telah meninggalkan medan perang, tapi Washington bisa menjadi gudang demokrasi seperti dikatakan Franklin D Roosevelt ketika datang untuk membantu Inggris pada Perang Dunia II,” kata Massoud.
Ahmad Massoud adalah putra Ahmad Shah Massoud, warlord Afghanistan Barat yang dihuni etnis Tajik. Saat perang melawan Uni Soviet, milisi Tanjik pimpinan Ahmad Shah Massoud mendapat bantuan senjata dari AS.
Kini, Massoud diberi gelar pemimpin Front Perlawanan Nasional Afghanistan. Dia meminta rekan-rekannya yang berasal dari Afghanistan Barat untuk bersyafaat atas namanya di Washington, New York, London, dan Paris.
“Pejuang mujahidin dan saya akan bertekad memerangi Taliban untuk menegakan hak-hak perempuan, kebebasan pers, demokrasi, dan meindungi Barat dari serangan teroris,” kata Massoud.
The Washington Post menulis Ahmad Shah Massoud adalah pemimpin terkemuka gerakan mujahidin asli, pemberontakan Islam melawan pemerintah komunis Afghanistan an pasukan Soviet yang menopangnya pada era 1980-an.
Setelah penarikan diri Uni Soviet, pasukan Ahmad Shah Massoud adalah pemain domestik utama. Dia memegang jabatan menteri pertahanan di bawah presiden Burhanuddin Rabbani.
Pemerintahan Rabbani digulingkan faksi mujahiddin yang lebih radikal, yaitu Taliban. Ahmad Shah Massoud mundur ke Panjshir, wilayah yang dikuasainya, dan angkat senjata melawan Taliban.
Ahmad Shah Massoud terbunuh dalam serangan bom bunuh diri, beberapa hari sebelum serangan teroris 9/11. Setelah kedatangan AS, Aliansi Utara — demikian nama resmi kelompok pimpinan Ahmad Shah Massoud — menjadi sekutu AS.
Presiden Hamid Karzai, penerus Rabbani yang didukung AS, menghormati Ahmad Shah Masooud dan memberinya gelar pahlawan nasional Afghanistan.
Gerakan Perlawanan II
Ahmad Massoud, putra Ahmad Shah Massoud, terpanggil untuk mengelola warisan ayahnya untuk menciptakan kembali hari-hari gemilang Perlawanan Panjshir.
Gerakan Pelawanan II, demikian nama perlawanan terhadap Taliban, katanya didukung ribuan pejuang dan pemimpin militer tua. Namun Ahmad Massoud, kini berusia 30 tahun, mungkin harus mengkalkulasi ulang gerakannya.
Taliban saat ini bukan kelompok yang sama dua dekade lalu. Ini dibuktikan dengan kemampuan Taliban merebut beberapa wilayah utara yang tidak dikendalikannya.
Kemenangan Taliban terjadi setelah bertahun-tahun permusuhan antara pemerintah yang didukung AS dan suku-suku minoritas yang mendiami Afghanistan utara. Keretakan itu dipicu pada pemilihan presiden 2014 yang dimenangkan Ashraf Gahni.
Ghani didukung etnis Pashtun. Lawannya, Abdullah Abdullah adalah pemimpin Aliansi Utara. Kemenangan Ghani dikotori tuduhan penipuan data pemilih, tapi ia tetap berkuasa atas mediasi AS.
AS menyodorkan gagasan pembagian kekuasaan. Ashraf Ghani tetap presiden, dan Abdullah Abdullah chief executive officer. Abdullah Abdullah adalah orang pertama yang mengabarkan Ghani meninggalkan istana ketika Taliban memasuki Kabul.
Konflik etnis seolah tak berkesudahan di tubuh Aliansi Utara, yang membuat masyarakat kecewa. Saat yang sama, radikalisasi merayap ke utara dan mempengaruhi banyak orang.
Pada Pemilu 2019, rekor pemilih anjlok. Saat yang sama, Taliban menguat, dan mengancam penyelenggara pemungutan suara.
Melawan Sejak 2019
Satu hal yang juga harus dipahami adalah gerakan Islam di Afghanistan telah berubah. Pashtun yang monolitik kini menjadi konglomerat kelompok militan dengan beragam etnis.
Hampir semua suku; Pashtun, Uzbek, Tajik, Hazara, dan belasan suku minoritas, ada di tubuh Taliban. Mereka dipersatukan oleh ideologi, yaitu Islam dan perjuangan melawan AS dan NATO.
Ahmad Massoud mengangkat obor ayahnya akhir 2019. Ia mencoba menggalang dukungan dan mempersiapkan kemungkinan serangan Taliban setelah AS dan NATO angkat kaki.
Mei 2021, dinas intelejen Barat dikabarkan menahan diri untuk tidak bekerja sama dengannya tapi tetap berhubungan.
Ahmad Massoud mendapatkan manfaat dari pendidikan militer dan politik dari berbagais ekolah bergengsi di Inggris. Ia memiliki sekutu vokal, yaitu filsuf Prancis Bernad-Henri Levy, yang merupakan teman ayahnya.
Faktanya, seruannya di The Washington Post dimulai dengan anekdot tentang bagaimana Levy mengatakan kepada Ahmad Shah Massoud; “Ketika Anda berjuang untuk kebebasan Anda, Anda juga berjuang untuk kebebasan kami.”
Aktivis Prancis, yang menyatakan jatuhnya Afghanistan ke tangan Taliban adalah aib pribadi Joe Biden, secara terbuka mendukung Ahmad Massoud.