- Boeing mengatakan; “Kami yakin telah menghormati ketentuan perjanjian dan siap membela diri.”
- Pengacara Paul Cassell mengatakan bagi keluarga korban ini merupakan langkah awal dari perjalanan panjang.
JERNIH — Departemen Kehakiman AS, Selasa 14 Mei, mengatakan Boeing bisa dituntut atas dua kecelakan 737 MAX yang menewaskan 346 penumpang lima tahun lalu.
Boeing, menurut Departemen Kehakiman AS, melanggar kewajiban berdasarkan perjanjian yang melindunginya dari proses hukum atas kecelakaan itu. Pihak Boeing mengatakan; “Kami yakin telah menghormati ketentuan perjanjian itu, dan kami akan membela diri.”
Pejabat Departemen Kehakiman AS dalam surat mereka mengatakan Boeing, berdasarkan perjanjian penuntutan yang ditangguhkan (DFA), gagal merancang, menerapkan, dan menegakan program kepatuhan dan etika untuk mencegah dan mendeteksi pelanggaran UU penipuan di seluruh operasinya.
Pelanggaran seperti itu berarti Boeing dapat dituntut atas segala pelanggaran hukum federal terkait kecelakaan itu.
Pemerintah AS saat ini sedang mengevaluasi bagaimana tindakan selanjutnya atas masalah ini, dan telah mengarahkan Boeing untuk memeberi tanggapan pada 13 Juni. Pejabat AS juga berencana untuk berunding dengan keluarga korban tewas dalam kecelakan Boeing 737 MAX Lion Air penerbangan 610 dan Ethiopian Airlines Penerbangan 302.
“Ini langkah awal yang positif. Bagi keluarga korban, ini langkah yang datang dalam waktu lama,” kata pengacara Paul Cassell, yang mewakili keluarga korban Lion Air dan Ethiopian Airlines.
Cassell menyerukan tindakan lebih lanjut dari Departemen Kehakiman, dan menambahkan bahwa dia akan mencari rincian mengenai perbaikan yang memuaskan atas kesalahan Boeing.
Maret 2019, Boeing 737 MAX 8 yang dioperasikan Ethiopian Airlines jatuh di tenggara Addis Ababa, menewaskan 157 penumpang. Ini kecelakaan Boeing 737 MAX kedua dalam lima bulan.
Sebelumnya, Boeing 737 MAX 8 Lion Air nomor penerbangan 610 jatuh di Laut Jawa, Oktober 2018, menewaskan 189 orang. Kedua pesawat jatuh tak lama setelah lepas landas, dan penyelidikan menemukan ada asalah dengan sistem penerbangan otomatis.
“Kami akan berhubungan dengan Departemen Kehakiman dan transparan, seperti yang kami lakukan sepanjang masa perjanjian,” kata Boeing dalam pernyataannya.