Penyandang Sindrom down itu diculik, dibikin mabok kemudian dimasukkan peti jenazah dan dikremasi untuk menggantikan mayat pria kaya yang minta dikubur.
JERNIH-Seorang pria Cina penyandang sindrom Down telah diculik, dibius, dimasukkan ke dalam peti mati dan dikremasi hidup-hidup untuk menggantikan orang kaya yang telah meninggal namun ingin dikubur, bukan dikremasi.
Kasus ini baru terungkap setelah dua tahun yakni pada November 2019, setelah polisi menggunakan rekaman surveillance untuk memecahkan misteri kejahatan tersebut.
Dilansir South China Morning Post, pada Kamis (15/4/2021), si penculik dijatuhi hukuman mati namun eksekusinya ditangguhkan oleh pengadilan, dan kasus itu menjadi terkenal minggu ini ketika muncul dalam laporan media China.
Tragedi ini berawal ketika pada Februari 2017, seorang pria kaya dengan nama belakang Huang meninggal dunia karena kanker. Sebelum meninggal ia menyampaikan keinginannya untuk dimakamkan bukan dikremasi, jika meninggal.
Untuk memenuhi keinginan Huang, kerabatnya menyewa seseorang untuk menemukan jenazah pengganti yang dapat dikremasi sebagai pengganti jenazah Huang.
Tanpa diketahui kerabat Huang, orang yang disewa tersebut ternyata melakukan pembunuhan demi untuk mendapatkan jenazah pengganti Huang.
Pada 1 Maret 2017, penculik menemukan seorang korban, Lin Shaoren (36 tahun) yang tengah memungut sampah di sepanjang jalan, di dekat rumahnya di Lufeng.
Lin merupakan penyandang sindrom Down—kelainan atau cacat bawaan yang didapatkan karena kelainan kromosom. Ia dipaksa minum alkohol dalam jumlah besar hingga mabuk. Para penculik dapat dengan leluasa menculik dan menempatkan Lin yang pingsan ke dalam peti mati dan menyegelnya dengan empat paku baja.
Peti mati yang berisi Lin dikirim ke tempat kremasi menggantikan peti mati Huang. Sementara jenazah Huang dibawa ke daerah terpencil untuk dimakamkan oleh keluarga secara tradisional.
Untuk jasa itu, keluarga Huang membayar 107.000 yuan, di mana 90.000 yuan untuk penculik yang nama pendeknya juga Huang dan sisanya untuk perantara yang nama belakangnya Wen.
Di kota-kota besar di Cina penguburan dilarang dan menggantikannya dengan kremasi yang dinilai menghemat ruang lahan dan lebih ramah lingkungan.
Namun banyak keluarga, terutama keluarga kaya, berusaha menghindari kremasi. Mereka percaya penguburan adalah satu-satunya cara bagi orang mati untuk mendapatkan kedamaian. (tvl)