Pada hari yang sama, polisi Israel menyerbu Desa Al-Araqib dan memaksa penduduk meninggalkan rumah mereka. Banyak di antaranya adalah gubuk sederhana dan tenda, sebelum buldoser menghancurkan mereka. Al-Araqib telah dihancurkan 209 kali sejak 2010, termasuk 14 kali tahun lalu.
JERNIH–Pasukan Zionis Israel mengawal gerombolan ekstremis Yahudi menyerang Masjid Al-Aqsa melalui Gerbang Al-Maghrebi, Senin (14/11) lalu. Mereka kemudian mencabuti dan menghancurkan sekitar 2.000 pohon zaitun di Desa Qarawat Bani Hassan di Tepi Barat, Palestina yang diduduki Israel.
Ibrahim Assi, walikota Qarawat Bani Hassan, mengatakan tentara Israel menyerbu al-Awarid, sebuah daerah di utara desa, menyatakannya sebagai zona militer tertutup, kemudian melibas daerah itu sekitar 300 dunam (0,3 km persegi), dalam operasi yang berlangsung lebih dari lima jam. Assi mengatakan pasukan Israel menghancurkan dinding batu, mencuri pohon zaitun yang mereka cabut, dan menyemprotkan pestisida kimia ke pohon zaitun, anggur dan almond tanaman warga.
“Pasukan pendudukan melakukan pembantaian buruk lainnya terhadap pohon zaitun, setelah mencabut 3.000 pohon di kota Deir Ballout, sebelah barat Salfit pada Januari 2021,”kata Walikota Assi.
Musim panen zaitun, yang berlangsung antara Oktober dan November, adalah sumber kehidupan bagi 80.000 hingga 100.000 keluarga Palestina di Tepi Barat yang selama ini dijajah Israel. Menurut data PBB, hampir setengah dari lahan pertanian Palestina ditanami sekitar 10 juta pohon zaitun di Tepi Barat dan Jalur Gaza yang terkepung.
Petani Palestina sering dibatasi oleh otoritas Israel untuk mengakses tanah mereka yang dekat dengan pemukiman atau tembok pemisah. PBB mencatat, para petani dan tanah mereka juga berulang kali menjadi sasaran serangan oleh pemukim Yahudi, meliputi serangan fisik, perusakan dan pencurian, terutama selama musim panen.
Desa Negev dihancurkan
Dalam perkembangan lain, pasukan Israel menghancurkan Desa al-Araqib, salah satu dari 35 desa Palestina di gurun Negev yang tidak diakui oleh otoritas Israel. Penghancuran itu dilakukan untuk ke-13 kalinya tahun ini saja.
Pada Senin dini hari, polisi Israel menyerbu desa dan memaksa penduduk meninggalkan rumah mereka. Banyak di antaranya adalah gubuk sederhana dan tenda, sebelum buldoser menghancurkan mereka. Al-Araqib telah dihancurkan 209 kali sejak 2010, termasuk 14 kali tahun lalu.
Ada 22 keluarga Arab yang tinggal di sana, berjumlah sekitar 800 orang. Mereka umumnya hidup dari peternakan dan pertanian gurun.
Ada hampir 100.000 warga Palestina yang memegang kewarganegaraan Israel yang tinggal di desa-desa yang tidak diakui ini. Mereka termasuk di antara 300.000 warga Palestina Israel yang tinggal di kota-kota Negev.
Selama 50 tahun terakhir, Israel telah berusaha untuk memindahkan orang-orang Arab ke dalam komunitas yang “diakui”, berulang kali dengan alasan bahwa mereka yang berada di daerah yang tidak diakui tidak memiliki klaim atas tanah tersebut. Padahal, sebagian besar telah tinggal pada atau dekat tanah itu sejak sebelum Israel didirikan pada tahun 1948. [Middle East Eye/Middle East Monitor/Arab48]