Letoynya rupiah kemungkinan besar dipicu pernyataan Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati, yang mengatakan Indonesia dapat dipastikan masuk resesi pada kuartal III 2020
JERNIH– Nilai tukar rupiah pelan-pelan merosot dan berada di posisi Rp14.785 per dolar AS pada perdagangan pasar spot Selasa (22/9) sore. Posisi tersebut melemah 0,58 persen dibandingkan perdagangan Senin (21/9) sore di level Rp14.700 per dolar AS.
Sementara kurs referensi Bank Indonesia (BI), Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) menempatkan rupiah di posisi Rp14.782 per dolar AS atau melemah dari Rp14.723 per dolar AS pada perdagangan sebelumnya.
Pada Selasa sore, manakala sebagian kalangan menengah masih memerlukan ngopi-ngopi, mayoritas mata uang di kawasan Asia terpantau melemah terhadap dolar AS. Dolar Singapura melemah 0,09 persen, dolar Taiwan melemah 0,28 persen, won Korea Selatan melemah 0,60 persen, dan peso Filipina melemah 0,21 persen.
Tak hanya itu, rupee India melemah 0,25 persen, ringgit Malaysia melemah 0,32 persen dan bath Thailand melemah 0,29 persen. Hanya yen Jepang dan yuan Cina yang masih menguat masing-masing 0,9 persen dan 0,29 persen.
Sementara itu, mayoritas mata uang di negara maju juga bergerak melemah terhadap dolar AS. Poundsterling Inggris melemah 0,03 persen, franc Swiss melemah 0,20 persen dan dolar Kanada melemah 0,02 persen. Sebaliknya dolar Australia menguat 0,19 persen.
Menurut Direktur PT TRFX Garuda Berjangka, Ibrahim Assuaibi, letoynya rupiah kemungkinan besar dipicu pernyataan Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati, yang mengatakan Indonesia dapat dipastikan masuk resesi pada kuartal III 2020.
Hal itu menyebabkan terjadi pro dan kontra atas di kalangan pelaku pasar dan berimbas terhadap aliran modal asing dilaporkan mulai keluar dari pasar valas, obligasi dan Surat Utang Negara (SUN) serta memberikan efek negatif ke pasar keuangan.
“Apalagi secara bersamaan permintaan valas korporasi meningkat jelang akhir Kuartal Ketiga tahun 2020, dimana perusahaan-perusahaan yang listing di bursa kembali untuk membayar utang, deviden dan sebagainya. Jadi jangan heran kalau mata uang garuda di penutupan pasar sore ini mengalami penurunan,” menurut dia dalam keterangan tertulis.