Beberapa foto dan video sekelompok pria yang mengenakan pakaian perang Islam abad pertengahan melakukan pawai dengan pedang, tombak, dan perisai palsu menyebar di media sosial.
JERNIH – Polisi Malaysia sedang menyelidiki insiden di mana anggota sayap pemuda Parti Islam Se-Malaysia (PAS) di Terengganu melakukan pawai dengan pedang palsu, tombak dan perisai.
Menurut Kapolsek Terengganu Rohaimi Md Isa, penyelidikan awal menunjukkan bahwa peristiwa itu terjadi pada Jumat (17/2/2023 ) di sebuah resor di Setiu, Terengganu. “Polisi akan melakukan penyelidikan untuk mengidentifikasi setiap pelanggaran dalam program tersebut dan tindakan yang sesuai akan diambil,” katanya dalam sebuah pernyataan, Senin (20/2/2023) mengutip Channel News Asia.
Rohaimi mengatakan polisi tidak diberitahu tentang pawai yang melibatkan replika senjata, meskipun mereka diberitahu tentang acara tersebut sebelumnya. “Kami tidak diberitahu tentang pawai dengan replika senjata, yang menyebabkan kegelisahan dan kekhawatiran di kalangan masyarakat,” katanya.
Beberapa foto dan video sekelompok pria yang mengenakan pakaian perang Islam abad pertengahan melakukan pawai dengan pedang, tombak, dan perisai palsu menyebar di media sosial dengan bendera PAS di latar belakangnya.
Pawai tersebut merupakan bagian dari pertemuan sayap pemuda PAS selama dua hari, yang dikenal dengan Himpunan Pemuda Islam Terengganu (HIMPIT), atau Pertemuan Pemuda Muslim Terengganu.
Mr Rohaimi menambahkan bahwa pawai yang dihadiri oleh anggota partai dari berbagai distrik di negara bagian itu, merupakan bagian dari kompetisi desain yang melibatkan tema pakaian, senjata, dan warisan Islam.
Dalam keterangannya, Senin, Menteri Dalam Negeri Saifuddin Nasution Ismail mengecam peristiwa tersebut dan mendesak semua pihak untuk menghentikan aksi yang berpotensi menimbulkan kekacauan bagi rakyat dan negara. “Tindakan tegas akan dilakukan terhadap setiap unsur yang mengancam ketertiban, kerukunan, dan keamanan masyarakat,” katanya.
Mr Saifuddin menambahkan bahwa insiden tersebut telah mengakibatkan gangguan publik di tengah meningkatnya iklim politik di negara bagian yang akan mengadakan pemilihan lokal dalam beberapa bulan mendatang. “Jadi, tentunya setiap tindakan yang menampilkan dan mengekspresikan semangat diselingi dengan simbol apapun baik berupa senjata atau ‘militer’ sangat tidak pantas dan tentunya akan mengundang keresahan masyarakat,” ujarnya.
Ia juga mempertanyakan maksud dari pawai yang diunggah ke media sosial dengan latar belakang lagu berbahasa Arab yang menonjolkan tema perang. “Ini mengundang pertanyaan apakah pawai ini dimaksudkan untuk menyuntikkan semangat perang,” kata Saifuddin.
Pada hari Minggu, Menteri di Departemen Perdana Menteri (Urusan Agama) Dr Mohamed Na’im Mokhtar menyebut pawai tersebut tidak pantas, menambahkan bahwa hal itu dapat memberikan citra buruk bagi Islam dan Malaysia. “Sebaiknya penyelenggara menonjolkan nilai-nilai Islam yang damai dan mengajak persatuan dan kesejahteraan. Semua pihak bertanggung jawab untuk menyerukan perdamaian dan keharmonisan dalam masyarakat. Segala tindakan yang dapat memicu keresahan masyarakat harus dihindari sama sekali,” kata Dr Na’im dalam sebuah pernyataan.
Dia menambahkan bahwa departemen berpandangan bahwa masalah tersebut harus diserahkan kepada pihak berwenang untuk diselidiki serta tindakan lain yang diperlukan jika ditemukan bahwa penyelenggara telah melanggar aturan keamanan nasional.
Dalam membenarkan acara tersebut, Ketua Pemuda PAS Terengganu Harun Esa menyamakannya dengan acara “cosplay” lainnya. “Masalah mengenakan seragam prajurit yang digunakan pada zaman dahulu oleh salah satu kontingen hanyalah bagian dari pemenuhan tema pawai mereka.
“(Acaranya) seperti parade dan kontes ‘cosplay’ yang diadakan di seluruh negeri yang menunjukkan senjata superhero favorit mereka,” katanya dalam sebuah posting Facebook pada hari Minggu.
Dia menjelaskan, sudah menjadi tradisi bagi delapan kelompok pemuda PAS di negara bagian untuk memiliki tema parade mereka sendiri dan replika yang relevan. Pawai telah diadakan setiap tahun sejak 1991. “Kami juga siap bekerja sama dengan penyelidikan jika diminta oleh pihak berwenang, meskipun sebenarnya agak tidak masuk akal,” kata Harun.