- Dirjen WTO terdahulu tak sanggup menghadapi tuduhan Presiden AS Donald Trump, dan meninggalkan kursinya.
- WTO saat ini tanpa orang nomor satu, dan dewan umum terkesan dengan dua wanita dari Kenya dan Korea Selatan.
Jenewa — Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) mengumumkan kali pertama akan dipimpin seorang wanita, dengan Ngozi Okonjo-Iweala (Nigeria) dan Yoo Myung-hee (Korea Selatan) sebagai calon terkuat.
Keith Rockwell, juru bicara WTO, mengatakan; “Keduanya memiliki kualifikasi luar biasa, dan disepakati semua orang. Kami terkesan dengan keduanya sejak awal.”
Okonjo-Iweala adalah lulusan Harvard dan mantan menteri keuangan Nigeria. Myung-hee saat ini menjabat menteri perdagangan Korea Selatan.
Keduanya menyingkirkan tiga kandidat lain; Amina Mohamed, Muhammad Maziad Al-Tuwaijri, dan Liam Fox. Ketiganya adalah mantan menteri perdagangan Kenya, mantan menteri ekonomi Arab Saudi, dan mantan menteri perdagangan internasional pendukung Brexit.
Okonjo-Iweala dan Myung-hee akan bersaing meraih suara terbanyak dewan umum, untuk dilantik menjadi direktur jenderal WTO berikut. Dewan Umum adalah utusan dari 164 anggota badan.
Myung-hee adalah penyadang gelar sarjana hukum Universitas Vanderbilt. Di Twitter-nya, Myung-hee mengatakan sangat berterima kasih dan merasa terhormat mencapai putaran final pemilihan dirjen WTO.
“Saya menantikan dukungan Anda yang berkelanjutan,” tulis Myung-hee di Twitter-nya.
Okonjo-Iweala menulis; “Senang berada di babak final. Ia juga berterima kasih kepada anggota WTO atas dukungan kepadanya.
Roberto Azevedo (Brazil), direktur jenderal WTO sebelumnya, membuat pengumuman mengejutkan Mei 2020 lalu bahwa akan meninggalkan pekerjaannya setahun lebih awa.
Azevedo meninggalkan posisinya 31 Agustus lalu, dan membiarkan kursi direktur jenderal WTO kosong. Ia tidak mengemukakan alasan.
Masa jabatan Azevedo ditandi tekanan berat Presiden AS Donald Trump, yang berulang kali menuduh WTO berlaku tidak adil terhadap AS. Saat itu Trump memulai perang dagang dengan Cina, yang bertentangan dengan sistem WTO.
Sebelumnya, Trump mengancam akan mengeluarkan AS dari WTO. Padahal, sistem penyelesaian sengketa WTO mungkin paling terkenal. Itu terlihat saat menyelesaikan sengketa Boeing dan Airbus.