JAKARTA – Kerajaan Arab Saudi sejak beberapa waktu, telah mengumumkan penyetopan sementara pelaksanaan ibadah umrah. Meski demikian dari data Kementerian Agama (Kemenag) masih terdapat 4.800 jemaah asal Indonesia yang menjalani prosesi umrah.
“Mereka masih menjalankan ibadah dan ziarah seperti biasa,” ujar Direktur Bina Umrah dan Haji Khusus Kemenag, M Arfi Hatim, di Jakarta, Minggu (8/3/2020).
Menurut Arfi, dari jadwal yang ada, diperkirakan jemaah asal Indonesia pulang ke tanah air terhitung 15 Maret 2020. Oleh sebab itu, pihaknya memastikan maskapai akan melakukan penerbangan kosong untuk menjemput para jemaah.
“Artinya pesawat komitmen jemput jemaah haji untuk dipulangkan ke Tanah Air. Pesawat terbang dalam kondisi kosong untuk menjemput jemaah, itu adalah komitmen maskapai,” kata dia.
Untuk memastikan operasi itu berjalan lancar, pihaknya bakal melakukan pemantauan.
Sebelumnya pemerintah Arab Saudi mengumumkan penundaan penerbitan visa kunjungan untuk mencegah penyebaran Covid-19. Hal itu menimbulkan sejumlah dampak, di antaranya jemaah umrah asal Indonesia yang beribadah di sana.
Tercatat sekitar 2.300 anggota jemaah umrah Indonesia yang sudah berada di bandar udara batal berangkat. Bahkan 1.685 anggota jemaah yang sudah terbang dari Tanah Air tertahan di negara transit dan tidak bisa melanjutkan perjalanan umrah ke Arab Saudi.
Penyetopan umrah diperkirakan merugikan biro perjalanan umrah di Tanah Air sekitar Rp2,5 triliun dalam satu bulan. Angka ini dihitung dari potensi penjualan jasa haji dan umrah per bulan.
“Potensi penerimaan dan penjualan dalam satu bulan capai Rp 2-2,5 triliun,” ujar Ketua Asosiasi Penyelenggara Haji dan Umrah, Joko Asmoro.
Perhitungannya, biaya umrah per orang minimum Rp 20 juta. Dengan rata-rata jumlah jemaah dari Indonesia mencapai 100-150 ribu per bulan. Bahkan jumlah setiap tahunnya terus mengalami peningkatan. [Fan]