Site icon Jernih.co

Ehud Olmert Sebut Serangan ke Qatar Ceroboh dan Berdampak Buruk bagi Israel

Ehud Olmert (Foto: Getty)

Pilihan untuk menyerang para pemimpin Hamas di Doha di tengah perundingan gencatan senjata merupakan deklarasi jelas keengganan Israel untuk mencapai kesepakatan apa pun dalam perang Gaza.

JERNIH – Ehud Olmert, mantan Perdana Menteri Israel, menyatakan penyesalannya yang mendalam atas pembunuhan putra seorang pemimpin Hamas oleh Tel Aviv dalam serangan di Doha. Olmert menyebut serangan negara zionis itu zeroboh, dan menyebabkan dampak buruk bagi Israel.

Olmert mengatakan kepada Al-Jazeera bahwa serangan terhadap ibu kota Qatar menyebabkan “kerusakan politik dan moral yang signifikan,”. Apalagi ia mencatat istri pemimpin Hamas, Khalil al-Hayya, juga terluka.

Situs berita berbahasa Ibrani mengutip Olmert yang mengatakan bahwa anak itu tidak boleh menjadi korban. “Kita memerangi terorisme dan para pelaku akan dihukum pada waktunya. Namun, masalahnya berbeda jika menyangkut keluarga mereka,” katanya. Cedera yang dialami istri al-Hayya merupakan dimensi tragis tambahan dalam operasi ini.

Ia lebih lanjut mencatat bahwa waktu serangan Israel bertepatan dengan pertemuan para pemimpin di Doha untuk membahas persyaratan perjanjian gencatan senjata Gaza. “Menargetkan putra seorang anggota tim negosiasi merupakan pernyataan yang jelas tentang keengganan untuk mencapai kesepakatan apa pun,” tegas Olmert.

Serangan terhadap Doha pada 9 September menuai kecaman internasional. Para pemimpin di seluruh dunia mengecam tindakan Israel dan berjanji memberikan solidaritas dan dukungan terhadap Qatar.

Laporan mengatakan bahwa Olmert menyebut serangan Israel ceroboh, dan menyebabkan dampak buruk, serta menambahkan bahwa Israel bisa saja menargetkan Hamas di waktu dan tempat lain. “Operasi tersebut tidak mencapai keuntungan strategis nyata, melainkan memperkuat posisi Hamas di mata opini publik internasional,” tambahnya.

Menurut media berbahasa Ibrani, Saluran 12 Israel bertanya kepada Olmert apakah komentarnya diambil di luar konteks, dan dia menjawab: “Saya rasa tidak benar melenyapkan anggota keluarga teroris”.

“Semua anggota tim negosiasi Hamas adalah teroris dan karenanya fana. Saya akan melenyapkan mereka—tetapi tidak selama negosiasi, dan tidak di Qatar, yang membantu dalam perundingan ini,” lanjutnya.

Serangan itu menewaskan enam orang di Doha, dan terjadi pada pukul 4 sore waktu setempat, di daerah padat penduduk dengan sekolah dan blok perumahan di dekatnya. Qatar mengecam serangan itu sebagai “pelanggaran kedaulatan yang mencolok” dan “tindakan teror negara,” namun target yang dituju Israel tidak terbunuh dalam serangan itu.

Ini bukan pertama kalinya Olmert mengkritik kebijakan dan agresi Israel di Gaza. Sebelumnya, ia menyebut rencana Israel untuk memindahkan secara paksa penduduk daerah kantong itu ke zona terlarang sebagai “kamp konsentrasi” dan mengatakan bahwa jika warga Palestina diusir ke sana, hal itu akan menjadi “pembersihan etnis”.

Ia juga menuduh Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu melancarkan perang pribadi demi pertimbangan politiknya sendiri dan mengatakan bahwa Israel melakukan kejahatan perang dalam opini yang diterbitkan pada bulan Mei.

Perang Israel di Gaza telah menewaskan lebih dari 64.000 warga Palestina sejak Oktober 2023 dan menjerumuskan wilayah kantong itu ke dalam krisis kemanusiaan yang mendalam. Kelompok-kelompok hak asasi manusia terkemuka, termasuk Amnesty International, telah menetapkan perang tersebut sebagai genosida.

Exit mobile version