- Di Cina, aplikasi segala bernama We-Chat.
- Di AS dan Eropa, aplikasi segala berhadapan dengan UU Keamanan Daring
JERNIH — Elon Musk, juragan Tesla dan SpaceX, akan melanjutkan pembelian Twitter dan berencana mengubahnya menjadi everything app, atau aplikasi segala.
Di akun Twitter-nya, Musk menulis; “Membeli situs itu adalah percepatan menciptakan X, aplikasi segalanya.”
Frasa ‘aplikasi segala’ sebenarnya bukan baru. Musk pernah berbicara secara luas tentang dukungannya terhadap gagasan aplikasi segalanya.
Secara teoritis, aplikasi segalanya adalah tempat pengguna dapat mengkases sebagian beasr, jika tidak semua, layanan dan utilitas online favorit mereka.
Gagasan ini mengikuti komitmennya akan kebebasan berbicara mutlak di platform, dan menghapus semua akun spam atau bot sebagai upaya meningkatkan percakapan dan menjadikan Twitter alun-alun kota digital dunia.
Di Cina, versi lain gagasan ini ada di WeChat, yang mulai hidup sebagai platform perpesanan mirip WhatsApp.
Sejak saat itu, platform menjadi internet mini dalam satu satu aplikasi, yang memungkinkan pengguna melakukan segalanya mulai dari berbagi postingan bergaya media sosial, mendapatkan berita, melakukan pembayaran seluler, memesan makanan, dan memanggil taksi.
Matt Navarra, pakar media sosial dan komentator indutri, mengatakan tidak yakin dengan proposal Musk. “Saya akan percaya ketika saya melihatnya,” kaa Navarra seperti dikutip PA News Agency.
Menurutnya, aplikasi super — seperti yang dikenal di industri — bukan hal baru. Aplikasi itu sanga sukses di Asia, tapi belum benar-benar populer di tempat lain.
Jadi, apakah Musk bisa mewujudkannya tentang aplikasi super? Menurut Navarra, sang juragan punya masalah dengan komitmen.
Fokus utama masalah aplikasi super adalah pendekatan terhadap kebebasan berbicara. Sebab, peraturan keamanan online semakin menjadi tuntutan di seluruh dunia.
Staf Twitter juga khawatir dengan pendekatan Musk. Analis industri Mike Proulx mengatakan ini persoalan yang harus ditangani sang juragan jika ingin sukses sebagai CEO Twitter.
“Twitter akan tetap menjadi bagian penting budaya kita terlepas dari drama yang sedang berlangsung seputar kesepakatan hidup-mati, hidup-mati, dan hidup kembali,” kata Proulx.