Crispy

Empat Titik Ini Potensial Menjadi Pembuka Perang Dunia III

WASHINGTON,DC— Perang, meski kelam dan meniscayakan terjadinya banyak tragedi, sejak lama diakui menjadi salah satu solusi ledakan penduduk dunia. Semua kita pernah mendengar hal itu meski samar-samar dalam pelajaran Biologi di SMA manakala mengupas teori Thomas Malthus.

Robert Farley, akademisi senior AS, dalam tulisannya di laman The National Interest  menyatakan, Perang Dunia III bukan lagi hal yang mustahil terjadi. Lihat saja Cina yang kebangkitannya mulai terasa meresahkan, Rusia yang kian sering melanggar tatanan internasional, sementara sikap Amerika Serikat pun semakin tak bisa diandalkan  untuk menjaga kedamaian.

Farley bahkan melihat setidaknya ada empat titik paling potensial menjadi peletik berkobarnya perang yang akan melibatkan banyak negara hingga akhirnya menjadi Perang Dunia.  

Apa saja keempat titik itu?

Laut Cina Selatan

Tak pelak lagi, inilah salah satu kawasan yang dalam lima tahun terakhir ini tergolong paling penuh gejolak.  Laut Cina Selatan (LCS) telah menjadi bagian dari perang dagang yang berkembang antara Amerika Serikat dan Cina. Di kawasan ini retorika yang panas, perang tarif, saling menegakkan sanksi, terjadi saling ganti.

Amerika Serikat dan Kanada baru-baru ini meningkatkan konflik dengan menangkap seorang eksekutif dari perusahaan teknologi Cina Huawei, yang dibalas Cina dengan ganti mengganyang warga negara Kanada dan perusahaan-perusahaan AS.

Jika Cina dan AS menyimpulkan bahwa perang dagang ini sudah tak lagi bisa menghindarkan konflik yang lebih lanjut, mungkin saja salah satu dari mereka akan memutuskan untuk mengambil ‘tindakan tegas’  di Laut Cina Selatan.

Ukraina

Selain LCS, Ukraina menjadi salah satu titik panas yang mungkin meletikkan api perang yang potensial membesar. Dunia masih gampang mengingat sebuah insiden di jalan masuk ke Laut Azov, yang memicu dilepaskannya tembakan dan penahanan dua kapal patroli Ukraina.

Yang pasti, Rusia tampaknya tak akan mengganggu status quo menjelang pemilu Ukraina, meski pemerintah Ukraina kian terlihat goyah. Pemilu yang akan datang mungkin tidak akan banyak mengubah situasi, tetapi jelas dapat menimbulkan ketidakpastian.

Teluk Persia

Timur Tengah tampaknya telah menjadi Kawasan dengan krisis yang nyaris abadi. Tekanan ekonomi terhadap Iran terus meningkat, seiring Amerika Serikat mengambil langkah yang lebih agresif untuk membatasi perdagangan Iran. Perang Saudi di Yaman tidak juga menunjukkan tanda-tanda mereda. Sementara  perang sipil Suriah telah beralih pada pertempuran antarproksi negara-negara besar yang terlibat.

Namun konflik Suriah sangat mungkin kembali menyala kapan pun itu. Belum lagi gejolak politik di Iran pun dapat membuat ketidakstabilan di kawasan itu, baik mendorong Iran pada perilaku agresif atau membuat Iran menjadi sasaran bagi musuh-musuhnya.

Ketegangan antara Kurdi, Turki, Suriah, dan Irak bisa pecah menjadi konflik terbuka kapan saja.

Semenanjung Korea

Ketegangan di Semenanjung Korea telah banyak mereda pada tahun lalu, seiring Kim Jong-un telah menunjukkan kesabarannya untuk tidak menguji coba nuklir dan rudal balistik, dan Presiden Donald Trump telah mengurangi retorika kerasnya terhadap Korut. Prospek perdamaian abadi terlihat lebih cerah dibanding tahun-tahun pertengahan tahun 1990-an.

Namun ‘batu sandungan’ tetap ada. Menurut sebagian besar laporan, Korea Utara tidak menangguhkan bahkan tidak untuk memperlambat sekali pun produksi senjata nuklir dan rudal balistiknya. Inilah titik rawan Kawasan itu. [nationalinterest/matamatapolitik]

Back to top button