- Desember 2020, banyak pakar Cina mempertanyakan keampuhan vaksin mRNA.
- Kini, mereka berbalik mendukung pembuatan vaksin mRNA yang diberi nama ARCoV.
- Empat vaksin Cina dibuat dengan teknologi tradisional, dan diakui tidak memiliki perlindungan yang tinggi.
JERNIH — Cina mengembangkan vaksin dengan teknologi mRNA, dan akan memasuki uji klinis Fase III di luar negera bulan depan.
Suzhou Abogen Biosciences, pengembang vaksin teknologi mRNA, mengatakan kepada Global Times ini merupakan langkah maju dalam pengembangan vaksin kendati ada serangan dari Barat soal kemanjuran vaksin Cina.
Ying Bo, pendiri Suzhou Abogen Biosciences, mengatakan kapasitas produksi untuk vaksin baru ini bisa mencapai 120 juta tahun ini.
Ia juga mengatakan kehadiran vaksin nRNA akan memperkaya pilihan, jika pencapuran berbagai jenis vaksin dapat memberikan kinerja lebih baik. Gagasan mencampur vaksin mengemuka beberapa hari lalu, dan Beijing masih mempertimbangkannya.
Sebelumnya, Gao Fu, direktur Pusat Pengendalian Penyakit Tiongkok, mengatakan vaksin Cina tidak memiliki tingkat perlindungan yang tinggi. Cina memproduksi empat vaksin, dan Gao Fu tidak menyebut vaksin yang mana.
Desember 2020 lalu, Gao Fu sempat mempertanyakan keampuhan vaksin yang dibuat dengan teknologi mRNA. Belakangan Gao Fu mengatakan kepada wartawan; “Setiap orang harus mempertimbangkan manfaat vaksin mRNA bagi umat manusia.”
Empat vaksin Cina dibuat dengan teknologi tradisional. Vaksin Barat, terutama Pfizer/BioNTech dan Moderna, dibuat dengan teknik eksperimental mRNA.
Global Times menulis vaksin mRNA buatan Cina dapat disimpan dan dikirim dalam suhu dua sampai delapan derajat, yang membuatnya lebih unggul dari buatan Pfizer/BioNTech dan Moderna.
ARCoV, nama vaksin mRNA produksi Cina ini, tidak membutuhkan kontrol suhu lebih ketat. Cina yakin keunggulan inilah yang membuat ARCoV mampu bersaing dengan Pfizer dan Moderna.
“Dari hasil uji coba pada hewan, kami melihat ARCoV cukup kompetitif dengan dua vaksin mRNA lainnya di pasaran,” kata Ying Bo dalam wawancara dengan China National Radio, Selasa lalu.
Laporan studi yang diterbitkan jurnal Cell, tim peneliti Academy of Military Medical Sciences — rekan pengembang vaksin baru — menemukan ARCoV masih efektif setelah disimpan hingga tujuh haru pada suhu kamar.
Ying mengatakan pihaknya kini mengajukan permohonan uji klinis Fase III di luar negeri. Ia tidak menyebut di mana uji coba akan digelar. Indikasinya di salah satu negara Amerika Latin.