Memang nggak salah jika disebut New Normal. Sebab, kehidupan sosial di masa pandemi, bahkan mungkin kelak pasca pandemi, tidak lagi sama. Cara berinteraksi individu juga berubah.
Konsultan etiket Astrie Sunindar-Ratner mengatakan pandemi menciptakan ambiguitas tentang bagaimana kita harus berperilaku secara umum, terutama dalam kontak fisik.
“Banyak norma etiket sosial bermanfaat hilang dalam semalam,” katanya. “Tidak ada lagi jabat tangan, atau saling tersenyum, atau mengundang orang makan malam dan keluar rumah minum teh.”
Menurutnya, keterbatasan di era New Normal butuh etiket lebih dari sebelumnya, dan usaha lebih karena menekankan perilaku yang belum tentu kita terbiaa.
Astrie berbagi beberapa pedoman untuk norma-norma baru gaya, dan etiket pribadi, untuk diikuti.
— Ini norma dan etiket baru berinteraksi sehari-hari dan kontak di tempat kerja.
Jadilah 100 persen hadir pada panggilan virtual, karena tdiak ada yang mengatakan Anda peduli dengan tidak terganggu pada panggilan. Ubah salam dan tanda tangan dalam email. Pesan teks usahan lebih sedikit.
Tulis harapan semoga semua baik-baik saja, atau saya harap Anda dan keluarga Anda tetap aman, dan sehat.
Kitim sesuatu ke rumah teman, dan orang-orang terkasih, sekedar menunjukan Anda memikirkan mereka.
— Bagaimana menyampaikan sopan santun secara langsung saat wajah mengenakan masker?
Gunakan lambaian tangan dan anggukan kecil. Perlu diketahui tetaplah tersenyum meski mengenakan masker, karena mata dan suara Anda menyampaikan kehangatan tulus kepada orang lain.
Ketika berinteraksi dengan orang dalam kehidupan nyata, misal pekerja di toko, lakukan kontak mata. Tanyakan bagaimana keadaan mereka, dan biasakan menggunakan kata ‘tolong’ dan ‘terima kasih’ untuk menunjukan Anda tahu mereka mungkin mengalami stress.
— Apa yang Anda rekomendasikan? Ketukan siku, pergelangan kaki dan tangan, namaste?
Tidak ada cara yang benar. Etiket bervariasi dari satu ke lain negara. Namun, ada yang sangat umum, yaitu anggukan dan ucapan selamat pagi, selamat siang, dan menundukan kepala.
Jangan berpelukan dan saling cium, karena dalam beberapa budaya itu menunjukan cinta. Paling-paling itu bisa dilakukan dalam keluarga. Meski demikan gunakan penilaian sebelum melakukannya.
— Bagaimana bereaksi terhadap orang yang batuk, bersih, atau mengabaikan jarak sosial di depan umum?
Naluri pertama kita adalah melarikan diri, atau mengusir mereka. Jangan lakukan itu. Selama orang itu mengenakan topeng, tidak banyak yang bisa dilakukan selain berjalan pelan menjauh, atau membuat jarak.
Jika sulit menjauh, dan orang itu tetap tak berusaha menjauh, beri tahu dengan bahasa paling sopan tapi tegas. Jika orang itu tak bergerak, beri tahu petugas terdekat untuk turun tangan, dan biarkan pihak berwajib mengetahui bahwa Anda melakukan sesuatu yang benar.
— Apakah sembrono di saat seperti ini mengkhawatirkan fashion dan kecantikan?
Cara Anda tampil masih komponen kunci etiket. Adalah penting memandang diri sendiri merasa nyaman, ketika begitu banyak orang merasa sedih.
Meski tidak meninggalkan rumah, usahakan keluar dengan tidak mengenakan pakaian rumah. Itu akan memberi energi dan dapat menempatkan Anda dalam pola pikir lebih produktif.
Mengingat pentingnya kontak mata saat pandemi, ini waktu yang tepat berinvestasi dalam palet make-up mata yang cantik. Tetaplah merawat kulit karena kasmer menyebabkan keringat kelembaban berlebih menumpuk di sekitar pipi, dan dapat menyebabkan jerawat, iritasi, dan kulit rusak.
Usahakan bersihkan wajah setelah melepas masker. Itu sangat membantu.