- Mark Zuckerberg meramalkan perolehan keuntungan akan menurun dalam beberapa bulan ke depan.
- Penyebabnya, Apple membuat langkah bisnis yang bikin pesaingnya ketar-ketir.
- Saham Facebook mendadak turun empat persen.
JERNIH — Facebook, raksasa teknologi California, meraup peningkatan laba sekian kali lipat menjadi 110 juta dolar AS, atau Rp 1,6 triliun, per hari akibat peningkatan iklan digital.
Dalam laporan keuangan empat bulanan yang berakhir baru-baru ini, dan dirilis Rabu 27 Juli, disebutkan Facebook meraup pendapatan 29 miliar dolar AS, atau Rp 418,6 triliun, dengan laba keseluruhan 10,4 miliar dolar AS, atau Rp 150,6 triliun.
Menurut The Sun, keuntungan itu setara dengan 76 ribu dolar AS, atau Rp 1,1 miliar per menit.
Facebook mengatakan, dalam laporan kuartal kedua tahun ini, mengalami peningkatan laba 56 persen dibanding periode sama tahun lalu. Keuntungan diperoleh dari lonjakan pendapatan iklan.
Namun, Facebook mengingatkan kemungkinan pertumbuhan yang lebih dingin pada bulan-bulan mendatang yang kemungkinan membuat sahamnya tenggelam.
Jumlah pengguna Facebook juga naik tujuh persen dari tahun ke taun, dan kini berjumlah 2,9 miliar.
“Kami memiliki kuartal yang kuat karena terus membantu bisnis tumbuh dan orang-orang tetap terhubung,” kata Mark Zuckerberg dalam rilisnya.
Namun saham Facebook tergelincir empat persen karena raksasa teknologi ini memperingatkan kemungkinan pertumbuhan melambat. Penyebabnya, pelonggaran regulasi dan penyesuaian pada perangkat lunak operasi Apple iPhone akan merusak target pendapatan iklannya.
“Kami terus mengharapkan peningkatan target pendapatan iklan pada tahun 2021, dari perubahan peraturan dan platform. Terutama pembaruan iOS baru-baru ini,” kata Facebook.
Awal tahun ini Apple membuat langkah yang memicu keretakan dengan Facebook dan pesaing lainnya. Bahkan, langkah Apple ini diprediksi memiliki implikasi besar bagi privasi data dan ekosistem seluler.
Apple mulai mewajibkan aplikasi memberi tahu pengguna perangkat selulernya tentang informasi pelacakan apa yang ingin mereka kumpulkan, dan mendapat ijin untuk melakukannya.
Memilih untuk tidak dilacak akan mempersulit perusahaan seperti Facebook menargetkan iklan. “Ini sangat menantang bagi pengiklan, dan kami bekerja dengan mereka untuk membantu menavigasi perubahan,” kata David Wehner, kepala keuangan Facebook.
Akibatnya, Facebook dan perusahaan teknologi besar lainnya menghadapi pengawasan keteat dari penegak antitrust di AS, dan di tempat lain.
Tahun lalu, Facebook memenangkan kasus yang nyaris membuatnya pecah. Namun pihak berwenang berusaha mengajukan kembali kasus itu.
Menurut pelacak industri eMarketer, Facebook berada di jalur untuk menghasilkan pendapatan iklan lebih dari 100 miliar dolar, atau Rp 1.443 triliun, per tahun kali pertama.
Google masih yang teratas di pasar iklan digital, dengan pangsa 29 persen. Facebook di urutan kedua dengan 24 persen.
“Hasil Facebook kuartal ini sangat kuat dan menunjukan sedikit dampak dari eprubahan iOS Apple,” kata Debra Aho Williamson, analis eMarketer.
Selain kenaikan pengiklan, keuntungan Facebook juga didorong peningkatan harga. Lainnya adalah persaingan ruang iklan Facebook dengan Instagram.