Jernih.co

Gadis Kecil Meninggal Dehidrasi di Balik Reruntuhan yang Menewaskan Ibunya

Salah satu gedung yang hancur akibat serangan bom Rusia/AP

Mariupol mendapat serangan bom dari pasukan Rusia. Diperkirakan 200.000 orang terperangkap di kota yang terkepung dan kekurangan air, makanan serta obat-obatan.

JERNIH – Mayat gadis kecil berusia enam tahun ditemukan di tengah reruntuhan bangunan yang ditembaki pasukan Rusia di Ukraina. Perempuan kecil itu diperkirakan meninggal sendirian setelah ibunya juga tewas dalam ledakan yang menghantam rumahnya di tenggara Kota Mariupol.

Laporan kematian anak tersebut belum diverifikasi secara independen tetapi telah dilaporkan gadis itu meninggal karena dehidrasi. Walikota Mariupol dan anggota parlemen Ukraina menyebut gadis malan itu dengan nama Tanya.

Mariupol telah berada di bawah pemboman berat dari pasukan Rusia sejak presiden Rusia Vladamir Putin memutuskan untuk menyerang Ukraina. Diperkirakan 200.000 orang terperangkap di kota yang terkepung dan kekurangan air, makanan serta obat-obatan.

Pengungsi anak-anak di Mariupol/AP

Tiga upaya untuk mengevakuasi warga sipil keluar dari kota pelabuhan melalui koridor kemanusiaan sejauh ini gagal setelah pasukan Rusia melanggar gencatan senjata yang diatur untuk memungkinkan penyelamatan. Pengeboman berat juga mencegah layanan darurat menjangkau banyak tempat yang telah diserang, kata Dewan Kota Mariupol.

Vadym Boichenko, Walikota Mariupol, mengatakan kematian gadis kecil itu hanyalah salah satu dari banyak cerita dari kota itu. “Kami tidak bisa mengatakan berapa lama warga Mariupol kami yang kecil dan kuat telah berjuang untuk hidupnya,” katanya dalam sebuah posting online.

“Kita tidak bisa membayangkan betapa menderitanya seorang anak yang tidak bersalah harus menanggungnya. Pada menit-menit terakhir hidupnya dia sendirian, kelelahan, ketakutan, sangat haus. Ini hanyalah salah satu dari banyak cerita dari Mariupol, yang telah diblokade selama delapan hari,” katanya.

Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky juga mengomentari kematian gadis itu dengan mengatakan tidak dapat diterima bahwa seorang anak bisa mati dengan cara seperti itu di abad ke-21. “Pada 2022, karena dehidrasi,” katanya dalam pidato video, menyamakan krisis kemanusiaan di beberapa kota Ukraina dengan yang diciptakan invasi Nazi selama Perang Dunia Kedua.

Lesia Vasylenko, seorang anggota parlemen Ukraina, mentweet: “Anak ini meninggal karena dehidrasi di Mariupol. Kota ini diblokade selama berhari-hari sekarang. 3 kali Rusia melanggar janji koridor kemanusiaan, menembakkan rudal ke warga sipil.”

“Namanya Tania. Dia berusia 8. Dia kehilangan ibunya dan sendirian. 8 hari tanpa makanan atau air.”

Pada Selasa (8/3/2022) pagi, kantor hak asasi manusia PBB telah mencatat sedikitnya 406 warga sipil tewas di Ukraina sejak Rusia menginvasi pada 24 Februari, tetapi dikatakan angka sebenarnya kemungkinan akan jauh lebih tinggi.

Moskow menyebut tindakannya di Ukraina sebagai ‘operasi militer khusus’ yang dirancang untuk menghancurkan kemampuan militer tetangganya dan menangkap apa yang dianggapnya sebagai nasionalis berbahaya. Kremlin membantah menargetkan warga sipil meskipun ada banyak bukti kejahatan perang yang dilakukan oleh pasukannya. [*]

Exit mobile version