Jakarta – Silent killer merupakan julukan bagi penyakit darah tinggi alias hipertensi mengingat bahayanya yang bisa membunuh secara pelan-pelan. Diperkirakan setiap tahunnya 9,4 juta orang meninggal dunia akibat hipertensi dan komplikasinya.
Hipertensi disebut sebagai the silent killer karena sering terjadi tanpa keluhan, sehingga penderita tidak mengetahui dirinya menyandang hipertensi dan baru diketahui setelah terjadi komplikasi. Kerusakan organ target akibat komplikasi hipertensi akan tergantung kepada besarnya peningkatan tekanan darah dan lamanya kondisi tekanan darah yang tidak terdiagnosis dan tidak diobati.
Tekanan darah tinggi alias hipertensi merupakan salah satu penyakit kardiovaskular yang paling umum dialami masyarakat. Data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada 2015 menyebut sekira 1,13 miliar warga dunia mengalami hipertensi, artinya 1 dari 3 orang di dunia terdiagnosis tekanan darah tinggi. Jumlah ini diprediksi akan terus meningkat dan mencapai 1,5 miliar warga dunia mengalami hipertensi pada 2025.
Menurut data Sample Registration System (SRS) Indonesia tahun 2014, Hipertensi dengan komplikasi 5,3 persen merupakan penyebab kematian nomor 5 (lima) pada semua umur.
Data Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) kesehatan menyebutkan bahwa biaya pelayanan hipertensi mengalami peningkatan setiap tahunnya. Pada 2016 biaya untuk mengatasi hipertensi dikeluarkan BPJS Kesehatan hingga Rp2,8 triliun, dan kemudian menjadi Rp3 triliun pada 2017 juga 2018.
Tingginya angka penderita penyakit kardiovaskular di Indonesia akan berdampak pada pengobatan di Indonesia. Pengobatan penyakit jantung dan pembuluh darah ini diprediksi bakal mendominasi dunia farmasi di Indonesia.
Presiden Direktur Menarini Indonesia Reinhard Ehrenberger menyoroti tren gaya hidup masyarakat lebih ke arah instan. Konsumsi gula, garam dan lemak tidak terukur. Hal tersebut, justru memicu timbulnya penyakit kardiovaskular.
“Hal ini ditambah dengan banyaknya masyarakat Indonesia yang mulai menua, sehingga risiko penyakit kardiovaskular pun meningkat,” kata Reinhard saat ditemui di Jakarta, baru – baru ini.
Selain kardiovaskular, tren dunia farmasi akan mengarah kepada pengobatan kanker. Kardiovaskular dan terutama kanker termasuk jenis penyakit yang belum cukup tertantangi di dunia. “Kami banyak melakukan riset terkait penyakit-penyakit ini untuk menghasilkan obat berkualitas,” ujar Reinhard. [Zin]