Jernih.co

Google Doodle Tampilkan Edisi Khusus Benyamin Sueb

JERNIH – Google hari ini menampilkan doodle spesial bertemakan Benyamin Sueb, seorang seniman besar Betawi. Hari ini 22 September tepat dua tahun peresmian Taman Benyamin Sueb oleh Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan.

Taman Benyamin Sueb diresmikan pada 22 September 2018 menjadi sebuah pusat budaya yang didedikasikan untuk menjunjung tinggi warisan budaya Betawi. Benyamin Sueb memang mencurahkan sepanjang hidupnya untuk kebudayaan Betawi.

Pinterest.com

Google Doodle yang ditampilkan pada hari ini adalah karya dari seniman asal Indonesia, Isa Indra Permana. “Terima kasih Benyamin Sueb, karena telah menggunakan musik dan humor untuk melestarikan tradisi dan budaya yang berharga untuk generasi mendatang!” tulis Google di blog resmi mereka.

Berlokasi di gedung ex-Kodim 0505 kawasan Jatinegara, Jakarta Timur, Taman Benyamin Sueb diharapkan menjadi tempat warga Jakarta memiliki rujukan perihal budaya Betawi, sekaligus dapat menjadi tempat untuk menampilkan seni kontemporer dan menampung karya seni generasi milenial yang berbasis teknologi informasi budaya.

Nama Taman Benyamin Sueb tak lepas dari sosok seniman besar Betawi, Benyamin Sueb. Lahir di Jakarta pada 5 Maret 1939 dan wafat juga di Jakarta pada 5 September 1995, sosok Benyamin Sueb dikenal sebagai aktor, pelawak, sutradara, dan penyanyi Indonesia. Semasa hidupnya, seniman kocak yang akrab disapa Bang Ben ini telah menghasilkan lebih dari 75 album musik dan 53 judul film.

Bakat seninya tak lepas dari pengaruh sang kakek, dua engkong Benyamin yaitu Saiti, peniup klarinet dan Haji Ung pemain Dulmuluk, sebuah teater rakyat – menurunkan darah seni itu dan Haji Ung alias Jiung yang juga pemain teater rakyat pada zaman kolonial Belanda.

Sewaktu kecil, bersama tujuh kakak-kakaknya, Benyamin sempat membuat Orkes Kalengm sebuah grup kesenian yang menggunakan alat-alat musik dari barang bekas. Rebab dari kotak obat, stem basnya dari kaleng drum minyak besi, keroncongnya dari kaleng biskuit. Dengan alat musik itu, mereka sering membawakan lagu-lagu Belanda tempo dulu.

Tak disangka, kelompok musik kaleng rombeng yang dibentuk Benyamin saat berusia 6 tahun itu ternyata menjadi cikal bakal kiprahnya di dunia seni. Dari tujuh saudara kandungnya, tercatat hanya Benyamin Sueb yang memiliki nama besar sebagai seniman Betawi.

Seperti dikutip dari Wikipedia, selain menekuni dunia seni, Benyamin juga sempat menimba ilmu dan bekerja di lahan serius di antaranya mengikuti Kursus Lembaga Pembinaan Perusahaan dan Pembinaan Ketatalaksanaan (1960), Latihan Dasar Kemiliteran Kodam V Jaya (1960), Kursus Administrasi Negara (1964), bekerja di Bagian Amunisi Peralatan AD (1959-1960), Bagian Musik Kodam V Jaya (1957-1969), dan Kepala Bagian Perusahaan Daerah Kriya Jaya (1960-1969).

Kesuksesan dalam dunia musik diawali dengan bergabungnya Benyamin dengan satu grup Naga Mustika. Grup gambang kromong yang berdomisili di kawasan Cengkareng, Jakarta Barat inilah yang kemudian mengantarkan nama Benyamin sebagai salah satu penyanyi terkenal di Indonesia.

Selain Benyamin, kelompok musik ini juga merekrut Ida Royani untuk berduet dengan Benyamin Sueb. Dalam perkembangannya, duet Benyamin Sueb dan Ida Royani menjadi duet penyanyi paling popular pada zamannya di Indonesia. Bahkan lagu-lagu yang mereka bawakan menjadi tenar dan meraih sukses besar.

Lagu-lagu lain seperti Si Jampang (1969) sukses di pasaran, dilanjutkan dengan lagu Ondel-Ondel (1971). Lagu-lagu lainnya juga mulai digemari. Tak hanya oleh masyarakat Betawi tetapi juga Indonesia. Kompor Mleduk, Tukang Garem, dan Nyai Dasimah adalah sederetan lagunya yang juga laris di pasaran. Terlebih setelah berduet dengan Bing Slamet lewat lagu Nonton Bioskop, nama Benyamin Sueb menjadi jaminan kesuksesan lagu yang akan ia bawakan.

Lewat popularitas di dunia musik, Benyamin mendapatkan kesempatan untuk bermain film. Kesempatan yang tidak ia sia-siakan. Beberapa filmnya, seperti Banteng Betawi (1971), Biang Kerok (1972), Si Doel Anak Betawi serta Intan Berduri (1972) yang disutradari Sjumanjaya, semakin mengangkat ketenarannya. Dalam film Intan Berduri, Benyamin mendapatkan Piala Citra sebagai Pemeran Utama Terbaik.

Dalam dunia musik, Benyamin adalah seorang seniman yang berjasa dalam mengembangkan seni tradisional Betawi, khususnya kesenian Gambang Kromong. Melalui kesenian itu pula nama Benyamin Sueb semakin popular.

Seniman yang telah 14 kali menunaikan ibadah haji ini meninggal dunia setelah koma beberapa hari seusai main sepak bola pada 5 September 1995, akibat serangan jantung. Jenazahnya dimakamkan di TPU Karet Bivak, Jakarta Pusat.

Ini dilakukan sesuai wasiat yang dituliskannya, agar dia dimakamkan bersebelahan dengan makam Bing Slamet yang dia anggap sebagai guru, sahabat, dan sosok yang sangat memengaruhi hidupnya. Pada 6 Desember 1995, Pemerintah DKI Jakarta mengabadikan nama Benyamin Sueb sebagai nama jalan di daerah Kemayoran. [*]

Exit mobile version