Menurut Prof Daniel, kelompok sekuler kiri ini senantiasa menyebut Islam sebagai agama impor dari Arab, pemecah belah bangsa dan tukang bikin ribut.
JERNIH—Guru Besar Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) Surabaya, Profesor Daniel Mohammad Rosyid menengarai terjadinya penguatan radikalisasi kaum kiri sekuler Indonesia. Hal itu ditandai dengan kian jauhnya kelompok tersebut dari toleransi terhadap kelompok Islam, dengan justru menuding kelompok-kelompok Islam yang ada sebagai intoleran, anti-Pancasila, bahkan anti-NKRI.
Pernyataan tersebut dikemukakan Prof Daniel dalam artikel berjudul “Radikalisasi Kaum Sekuler Kiri di Indonesia” yang beredar luas di dunia maya. Menurut Prof Daniel, kelompok sekuler kiri ini senantiasa menyebut Islam sebagai agama impor dari Arab, pemecah belah bangsa dan tukang bikin ribut. “Disamping didorong oleh syahwat politik, perut dan di bawah perut, radikalisasi ini memanfaatkan dua agenda internasional yang membentuk lingkungan geopolitik regional paling tidak 10 tahun terakhir ini,”ujar dia.
Daniel mengatakan, kebangkitan kelompok sekuler kiri ini memanfaatkan agenda Bush di zaman “War on Terror” yang dalam praktiknya lebih berarti “War on Islam” yang diteruskan dengan antusias oleh Trump. Karena itu bagi Prof Daniel, dengan terkuaknya beberapa fakta terakhir, hanya mereka yang naif, munafik dan rela berpura-pura dungulah yang percaya bahwa ISIS, Al-Qaidah serta gerakan jihadis yang ganjil dalam ajaran Islam bukan operasi intelijen kaum sekuler kanan radikal yang berkuasa di West Wing, yakni kaum hawkist.
Menurut Prof Daniel, wacana Huntingtonian tentang benturan peradaban menjadi menu yang dilahap habis dengan sangat rakus oleh penghuni Sayap Barat ini. Semua itu kemudian diamini dengan penuh khusyu oleh kaum sekuler kiri di negeri ini.
Prof Daniel lebih lanjut mengatakan, proyek sekulerisasi telah menyebabkan masyarakat negeri ini buta sejarah sekaligus tumpul daya kritisnya. “Akibatnya, masyarakat menjadi makanan empuk ocehan dusta para influencer bayaran melalui medsos,” kata Prof Daniel.
“Bad influencer paling bersemangat justru diperankan oleh elite ormas Islam tertentu di negeri ini. Kini banyak pejabat publik dengan berani mengatakan bahwa kehidupan politik harus dibersihkan dari agama. Bahkan agama dijadikan musuh terbesar Pancasila. Pernyataan itu hanya bisa diucapkan oleh kaum sekuler kiri radikal,”kata Prof Daniel.
Fakta yang menguatkan sinyalemen itu, kata Prof Daniel, terlihat dari pencopotan seorang direksi sebuah BUMN karena yang bersangkutan mengadakan pengajian dengan mengundang penceramah yang dituding sebagai penceramah radikal.
“Pencopotan direksi ini jelas inkonstitusional sekaligus sebuah kejahatan besar yang bila dibiarkan akan semakin merusak sendi-sendi kebangsaan negeri yang sangat majemuk ini,” kata dia.
Untuk itu Prof Daniel menyatakan dirinya tak habis pikir. “Bahkan pengamat terorisme Sidney Jones pun heran dengan obsesi pemerintah saat ini untuk mengkriminalisasi FPI,”kata dia. [ ]