- JK Rowling mendapat uang muka Rp 45 juta untuk novel pertama, setelah itu ia menjadi penulis terkaya di dunia.
- Thomas Taylor, ilustrator sampul buku, hanya berkaya ya saat diminta membuat sampul buku.
JERNIH — Minggu 26 Juni 25 tahun lalu, Nigel Newton — pendiri Bloomsbury Publishing — memberikan manuskrip Harry Potter and the Philosopher’s Stone karya JK Rowling kepada Alice, putrinya.
Alice tak kenal JK Rowling, tapi menggambarkan buku itu sebagai salah satu buku terbaik yang dapat dibaca anak-anak. Setelah itu, dan dan tahun-tahun berikutnya, Harry Potter and the Philosopher’s Stone merebut imajinasi anak-anak di seluruh dunia dan menjadi salah satu novel terlaris sepanjang masa.
Nigel Newton masih mengingat peristiwa itu. “Saya memberikan novel itu kepada Alice,” kata Newton. “Alice membawa buku itu ke atas.”
Satu jam kemudian, masih menurut Newton, Alice seperti melayang saat menuruni tangga dan berkata; “Ayah, buku ini lebih baik dari apa pun yang telah ayah tunjukan kepada saya.”
Rowling pasti mengenang saat-saat itu. Namun ia punya kisahnya sendiri yang pasti tak kalah menarik.
Sebelum mendatangi Bloomsbury Publishing, Rowling menyambangi banyak penerbit dan semuanya menolak menerbitkan novel itu. Rowling tak putus asa.
Sebelum naik cetak, Rowling mendapat uang muka 2.500 pound atau Rp 45,5 juta. Novel itu kemudian menjadi hits dunia, yang mendorong Rowling menuliskan seluruh seri dan menjadi waralaba film besar.
“Tidak ada yang tahu buku itu akan terjual 500 juta copy sampai musim panas 2022. Kini kita tahu itu adalah novel hebat,” kata Newton.
Menurut Newton, anak-anak — bukan orang tua mereka — yang menjadi pengadopsi buku ini. Itu adalah fenomena akar rumput yang lengkap.
Anak-anak menunggu berjam-jam di depan toko buku untuk mendapatkan yang terbaru dari petualangan Harry Potter. Puncaknya adalah Harry Potter and the Deathly Hallows tahun 2007.
Bagi beberapa orang, salah satunya Jacquiline Hulbert — kini berusia 23 tahun — Harry Potter membantunya menikmati membaca. “Harry Potter sangat fenomenal. Ceritanya cukup mencekam yang membuat saya ingin terus mencoba membaca,” kata Hulbert.
Gambar Harry Potter di depan Hogwarts Express, kareta yang membawa ke sekolah sihir terkenal, adalah salah satu sampul buku paling dikenal dalam sastra anak-anak.
Adalah ilustrator Thomas Taylor yang membuat gambar itu. Saat itu, Taylor masih berusia 23 tahun dan bekerja di toko buku anak-anak. Ia memberi contoh portofolio yang menggambar naga ke Bloomsbury.
“Beberapa hari kemudian telepon berdering dan penerbit Barry Cunningham dari Bloomsbury bertanya kepada saya apakah ingin membuat sampul buku baru karya penulis baru yang belum pernah didengar siapa pun,” kenang Taylor, yang juga penulis cerita anak-anak dan dikenal lewat novel Eerie-on-Sea.
Saat itu, Taylor hanya menjawab satu kata; Yes. “Setelah itu saya tidak tahu apa yang akan terjadi selanjut,” kata Taylor.