“Jumlah 25 persen warga yang tidak percaya keamanan vaksin, merupakan angka yang tidak sedikit ,” kata Deni. Responden yang tidak menjawab atau mengaku tidak tahu pada keamanan vaksin sebesar 11 persen.
JERNIH-Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) merilis hasil survei dengan responden masyarakat Indonesia terkait dengan keamanan vaksin Corona yang saat ini tengah digalakkan pemerintah Indonesia, pada hari Selasa (23/3/2021) lalu.
Direktur Riset SMRC Deni Irvani, menjelaskan pelaksanaan survei dimulai 28 Februari hingga 8 Maret 2021 dari populasi warga negara Indonesia yang berusia di atas 17 tahun.
Selanjutnya responden dipilih secara acak sebanyak 1.220 responden. Sedangkan responden yang berhasil diwawancara secara valid sebanyak 1.064 responden, dengan hasil sebagai berikut;
Sebanyak 25 persen responden mengaku tak percaya bahwa vaksin COVID-19 aman bagi kesehatan. Satu persen diantaranya bahkan dalam kategori ‘sangat tidak percaya’. Sementara 58 persen responden percaya keamanan vaksin, enam persen diantaranya dalam kategori sangat percaya.
“Jumlah 25 persen warga yang tidak percaya keamanan vaksin, merupakan angka yang tidak sedikit ,” kata Deni. Responden yang tidak menjawab atau mengaku tidak tahu pada keamanan vaksin sebesar 11 persen.
Dari segi jenis kelamin, kata Deni, kaum pria lebih rendah tingkat kepercayaan terhadap keamanan vaksin yakni 28 persen tidak percaya, sementara kaum wanita yang tidak percaya sebesar 23 persen.
Dari segi pendidikan, lulusan SLTA menjadi kelompok paling banyak tak percaya bahwa vaksin aman, jumlahnya mencapai 29 persen.
Dari segi umur, anak muda usia dibawah 25 tahun sangat besar jumlahnya yang tidak percaya pada keamanan vaksin yakni mencapai 34 persen.
Dari segi domisili, warga perdesaan sebanyak 26 persen mengaku tak percaya pada keamanan vaksin. Sedangkan warga perkotaan sebanyak 25 persen.
Dari wilayah, sebanyak 32 persen warga Pulau Sumatera paling banyak tak percaya pada keamanan vaksin.
Persepsi warga terhadap keamanan vaksin Coronaberpengaruh pada kemauannya mengikuti vaksinasi. “Bahwa sikap terhadap vaksin ini punya hubungan dengan kecenderungan perilaku warga untuk mau divaksin dan tidak,” kata dia.
Hal tersebut terlihat dari hasil survei terkait kesediaan mereka menerima vaksinasi, tergambar dari hasil survei;
Dari segi jenis kelamin pria yang tidak mau divaksin jumlahnya lebih besar daripada perempuan. Yakni pria 33 persen dan wanita 26 persen.
Dari segi pendidikan, warga yang pendidikannya SD atau tidak sekolah jumlah yang menolak vaksinasi mencapai 34 persen.
Hal yang menarik, menurut Deni, kelompok warga dengan usia relatif muda atau di bawah usia 25 tahun cenderung tidak mau divaksin dimana jumlahnya mencapai 37 persen. Sementara warga dengan pendidikan tinggi juga ada yang tidak ingin mengikuti vaksinasi, jumlahnya 26 persen.
SMRC mematok tingkat kesalahan atau margin of error dalam survei ini sebesar kurang lebih 3,07 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen. (tvl)