Site icon Jernih.co

Hasil Survei SMRC, Mayoritas Publik Setuju New Normal Diberlakukan

JAKARTA – Lembaga survei Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) menggelar survei tentang pandemi virus Corona (COVID-19). Salah satu yang ditemukan adalah mayoritas publik setuju bila pemerintah menerapkan kebijakan tatanan normal baru (new normal) di tengah masa pandemi.

Direktur Komunikasi SMRC, Ade Armando, mengatakan sebanyak 81 persen responden mengetahui saat ini Indonesia berada di tahap kehidupan new normal.

“Dari 81% yang tahu saat ini Indonesia ada di tahap ‘Kehidupan Normal Baru’, sekitar 64% dari populasi menginginkan kebijakan ini diberlakukan saat ini,” ujarnya saat memaparkan hasil survei, Kamis (25/6/2020).

Ia menambahkan, terdapat 14 persen atau sekitar 11 persen dari populasi yang menilai kebijakan new normal sebaiknya ditunda. Bahkan dari 14 tersebut, sekitar 6 persen dari total populasi menyebut sebaiknya kebijakan new normal ditunda sampai kasus baru menurun.

“Responden ditanya terkait menuju kehidupan normal baru meski kasus Corona belum menurun, mengingat saat ini pemerintah telah memulai kebijakan transisi atau peralihan menuju new normal. Mayoritas publik setuju. Total ada 80% dari responden yang setuju,” ujar dia.

Selain itu, masyarakat juga diminta pendapatnya soal kebijakan pemerintah melonggarkan aturan aktivitas dengan protokol kesehatan, dimana mayoritas menyatakan setuju.

“Pelonggaran aturan bekerja di luar rumah, setuju 92%, tidak setuju 7%. Pelonggaran aturan penggunaan tempat ibadah, setuju 93%, tidak setuju 7%,” katanya.

“Pelonggaran aturan penggunaan transportasi umum, setuju 90%, tidak setuju 8%. Membolehkan pasar, mal, dan tempat perbelanjaan dibuka kembali, setuju 88%, tidak setuju 10%,” Ade menambahkan.

Survei tersebut dilakukan sejak 18-20 Juni 2020 dengan menggunakan metode wawancara melalui panggilan telepon. Dimana 1.978 responden yang tersebar di seluruh Indonesia dalam survei ini. Margin of error survei ini sebesar 2,2%.

SMRC juga melakukan analisis publik yang setuju dengan pemberlakuan new normal berdasarkan demografi. Dari daerah, usia, hingga profesi pekerjaan.

“Dukungan terhadap kebijakan normal baru terlihat di seluruh daerah. Persentase tertinggi warga yang mendukung pemberlakuan normal baru saat ini adalah DKI Jakarta dengan 91%, sementara terendah adalah Bali dan Nusa Tenggara yang hanya 67%,” ujar Ade.

Dukungan terhadap new normal diketahui lebih banyak disuarakan mereka yang bekerja di sektor informal, berlatarbelakang pendidikan lebih rendah dan berpendapatan lebih rendah.

“Untuk kalangan warga berpendidikan SD angkanya mencapai 83 persen, kemudian yang berpendapatan kurang dari Rp 1 juta juga mencapai 83 persen. Sementara yang berpendidikan perguruan tinggi ada sebanyak 68 persen, lalu publik berpendapatan di atas Rp4 juta yang menyatakan setuju new normal ada 74 persen,” kata dia.

Sementara itu publik yang setuju pemberlakuan new normal saat ini berdasarkan profesi, sopir/ojek 90 persen, pedagang warung/pedagang kaki lima (PKL) 85 persen, buruh/pembantu/satpam/pekerja tidak tetap 84 persen, dan pegawai/dosen/guru/profesional 76 persen. [Fan]

Exit mobile version