Jernih.co

Het Huis Weyerman, Landhuis Kroet, atau Rumah Terkutuk

JERNIH — Dalam Oude Hollandsche Buitenplaatsen karya Dr VI van de Wall terbitan 1943, hanya ada kalimat pendek tentang rumah ini, yaitu Het Huis Weyerman (thans behoorende aan Mevrouw J.H Kroet-Boshouwer). Artinya, Rumah Weyerman, saat ini milik Ny JH Kroet Boshouwer.

Dalam Buku Informasi Museum Bangunan Bangunan Indis yang dikeluarkan Museum Benteng Yogyakarta terdapat kata ‘rumah Weyerman’ saat penulis menyebut sejumlah bangunan bergaya Oud Hollandsche Stijl. Lebih jelasnya; “…..contoh lain yang bagus untuk rumah pesangrahan bergaya Kompeni terdapat di Tanjung Timur dan Pondok Gede, juga rumah Weyerman di Cengkareng.”

Dalam In En Om Batavia 1938 disebutkan Landhuis Tjengkareng bergaya arsitektur Raja Louis XV, seperti yang juga terlihat pada rumah di Molenvliet West 111 yang kini menjadi Gedung Arsip Nasional di Jl Gajah Mada,Jakarta Pusat. Teks panjang di bawah gambar bangunan ini dalam buku Oud Batavia Platen Album terbitan G Kolff and Co tahun 1923 sama sekali tidak menyebut Weyerman. Namun, Oude Batavia 1919 Tweede Deel menyebut Weyerman meski tidak panjang.

Rumah Terkutuk Panglima Malabar

Terletak di seberang Berendrechtlaan (kini Jl Batuceper, Jakarta Pusat) — tepatnya di Jl Gajah Mada atau di sisi utara mulut Jl Alaydrus — Het Huis Weyerman mengacu pada nama mantan panglima Malabar Godofredus Weijerman. Dialah yang membangun rumah ini sebelum tahun 1761, atau setelah memperluas tanahnya ke arah Gang Chaulan di selatan dan Krukut di Barat.

Tidak diketahui berapa lama Weijerman, atau Weyerman, dan keluarga tinggal di sini. Teks panjang di bawah foto Oud Batavia Platen Album menyebutkan Keluarga Weijerman hanya sebentar tinggal di sini. Ia, seperti dinarasikan penulis buku itu, tidak diperbolehkan tinggal di rumah yang dibangunnya karena akan bernasib buruk.

Narasa lain menyebutkan rumah itu terkutuk karena dibangun di atas makam tua penduduk pribumi. Desas-desus yang dicatat penulis menyebutkan Weijerman mengambil tanah makam itu secara tidak sah. Ia juga idak membongkar dan memindahkan sisa jenazah tapi hanya membuang batu nisan dan meratakan makam.

Penjelasan rincinya, saat belum dibangun rumah, tanah Weijerman kecil saja. Satu bidang di sisi utara milik penduduk, dan merupakan makam keluarga. Weijerman menginginkannya, tapi penduduk tak ingin melepasnya. Weijerman menguasai paksa tanah itu. Tidak ada yang dapat dilakukan warga sekitar selain mengeluarkan sumpah serapah.

Setelah penyerobotan selesai, Weijerman membangun rumah itu. Tidak diketahui berapa lama mantan komandan VOC di Malabar itu merampungkan pembangunan. Dari rumah itu, yang dihuni Keluarga Weijerman dan budak-budaknya, keluar cerita-cerita horor dan takhayul aneh. Namun, tidak ada penjelasan seperti apa cerita takhayul yang dialami Keluarga Weijerman dan budak-budaknya.

Penulis Oud Batavia mengatakan rumah itu terkutuk, siapa pun yang menempatinya akan bernasib buruk. Keluarga Weijerman tampaknya percaya dengan semua takhayul dan kutukan atas rumah itu, yang membuatnya harus keluar dari rumah impiannya.

Tidak pula ada cerita siapa saja pernah menempati rumah itu setelah Keluarga Weijerman meninggalkannya. Catatan orag-orang yang pernah bermukim, atau menggunakan bangunan itu selama 150 tahun sejauh ini belum ditemukan. Yang diketahui tentang rumah itu terbatas pada pemilik terakhirnya bernama Ny JH Kroet-Boshouwer.

Tidak pula diketahui kapan Ny JH Kroet-Boshouwer membeli rumah itu, dan apakah dia menempatinya. Sampai 1927, Ny JH Kroet-Boshouwer masih tinggal di Weltevreden, dan ini dibuktikan dalam iklan keluarga di Het nieuws van den dag voor Nederlandsch-Indië edisi 14 Oktober 1927.

Bukan tidak mungkin pemilik terakhir tidak pernah menempati rumah itu. Sebab, rumah itu sedemikian rusak, alias busuk, di semua bagiannya, dan tak layak dijadikan tempat tinggal kecuali direnovasi besar-besaran.

Burung Hantu

Sampai 1920-an, Landhuis Kroet atau Het Huis Weyerman adalah satu-satunya rumah di Molenvliet yang berpagar. Ketika pemerintah kota Batavia membangun jalur trem, pagar dipindah lebih ke dalam dengan cara dirobohkan dan dibangun kembali seperti semula.

Secara konstruksi, rumah ini mendekati tipe Rumah Indis, hanya saja memilki lantai atas. Tinjauan lain menyebutkan rumah ini tipe Oud Hollandsche Stijl, yang dibangun sebagai tempat tinggal pemiliknya. Ini terlihat dengan uilenzolder, atau bangunan rumah-rumahan kecil mirip burung hantu, di atasnya, yang berfungsi sebagai hiasan dan penjeyuk ruangan.

Jika mengacu pada teks foto dan penjelasan di Oud Batavia Platen Album dan Oude Batavia Tweede Deel, Het Huis Weyerman tak dihuni sejak lama. Panel papan galeri atas memperlihatkan rumah telah mengalami pembusukan.

Galeri bawah semula terbuka pada tiga sisi, sama seperti yang terlihat di rumah Willem Arnold Alting, gubernur jenderal VOC terkahir, di Gunung Sahari. Bedanya, di rumah ini tiang-tiang batu persegi masih ada.

Di lantai paling atas hanya terdapat galeri depan terbuka dengan tiang-tiang kayu, tidak ada galeri belakang. Secara tampilan, fasad aslinya sangat mirip dengan bangunan Van Arcken. Anehnya, rumah ini tidak memiliki hiasan bubungan.

Galeri belakang seluruh bangunan terbuka di tiga sisi; lotengnya ditopang oleh deretan enam tiang kayu pada alas persegi yang tinggi dan sempit. Di halaman belakang yang berdinding ada deretan bangunan tambahan di kedua sisinya.

Di kedua sisi aula ada tiga ruangan, semuanya mengarah ke sana. Tangga terletak di salah satu ruang samping, dengan “laba-laba” di bawahnya, sedangkan salah satu ruang depan memiliki pintu samping ke luar, yang mencirikannya sebagai kantor.

Kamar Mandi

Di pojok utara halaman depan terdapat badhuis, atau kamar mandi, berupa bangunan batu tertutup. Penghuni masuk ke dalam kamar mandi, menanggalkan pakaian, lalu turun ke bak mandi batu besar terbuka. Bak mandi didesain berada di bawah permukaan air Molenvliet, agar bak diisi dengan cara mengalirkan air kali.

Bagian atas bak mandi yang terbuka memungkinkan orang yang lalu-lalang di Molenvliet West mengintip, atau setidaknya melihat noni-noni yang sedang mandi. Setelah mandi, penyumbat kolam dibuka, dan air mengalir ke saluran pembuangan.

Jika Het Huis Weyerman dibangun sebelum 1761, kamar mandi di halaman rumah agak aneh. Sebab, tahun 1750 telah ada kamar mandi dalam ruangan yang terletak di halaman belakang. Kamar mandi itu juga berfungsi untuk mandi dan cuci. Ada tong besar dengan lingkaran, air dari dalam tong dipindahkan ke ember dengan gayung.

Menjadi lebih aneh, sampai 1840 tidak semua rumah di Batavia memiliki kamar mandi. Orang Belanda, bersama pribumi dan semua etnis, lebih suka mandi di kali. Namun ketika kebutuhan mandi menjadi setiap hari, akibat suhu tropis Hindia-Belanda yang bikin badan berkeringat, kehadiran kamar mandi dalam rumah menjadi keharusan.

Het Huis Weyerman setidaknya menyimpan jejak dari masa lalu tentang bagaimana kaum elit kulit putih memperhatikan sanitasi. Sayangnya semua itu sudah tidak ada.

Exit mobile version