Amerika Serikat — Kematian George Floyd oleh Polisi bernama Derek Chauvin telah memicu aksi protes yang berbuntut kekerasan di Minneapolis, Negara Bagian Minnesota.
Suasana kota beberapa hari ini kian memanas sehingga Kementerian Pertahanan AS (Pentagon) pada Sabtu (30/5/2020) turun tangan menawarkan bantuan militer kepada pihak berwenang di Minneapolis.
Namun Gubernur Minnesota, Tim Walz, belum merespon tawaran bantuan tersebut. Walau demikian Kepala Juru Bicara Pentagon, Jonathan Rath Hoffman menyatakan telah menempatkan beberapa unit militer untuk diterjunkan bila Walz meminta bantuan.
Unit-unit militer yang disiapkan Hoffman biasanya dapat diterjunkan untuk mendukung otoritas negara bagian untuk membantu krisis seperti bencana alam.
Selain itu, unit-unit federal seperti polisi militer dapat memberikan dukungan logistik dan jenis lain kepada Tentara Nasional Minnesota ataupun aparat penegak hukum negara bagian setempat.
Dan untuk pertama kalinya pula sejak perang dunia kedua berakhir, Tentara Nasional Minnesota (Minnesota National Guard) telah diaktifkan secara penuh.
Menurut Walz, diaktifkannya militer negara bagian itu karena aksi protes massa atas kematian Floyd disusupi para penghasut dari luar kota sehingga aksi demonstrasi semakin memanas.
Senada dengan Walz, Jaksa Agung AS, William Barr juga mengklaim adanya kelompok penghasut dari luar yang menunggangi aksi protes massa di Minnesota.
“Kelompok-kelompok radikal luar dan agitator mengeksploitasi situasi untuk mengejar agenda mereka sendiri dan kekerasan,” kata Barr dalam pernyataan kepada wartawan.
Barr mengatakan bahwa melintasi batas negara bagian atau menggunakan fasilitas antarnegara bagian untuk menghasut atau berpartisipasi dalam kerusuhan dengan kekerasan adalah kejahatan federal. “Kami akan menegakkan hukum untuk itu,” ujarnya
Walz menyebutkan bahwa 80 persen dari provokator yang ditangkap berasal dari luar Minnesota. Sejauhn ini, berdasarkan catatan penahanan, hanya delapan orang luar Minnesota yang telah dikirim ke Penjara County Hennepin sejak Selasa (26/5/2020) lalu.
Demontrasi anti-rasial yang berlangsung sengit itu menimbulkan bentrokan antara aparat keamanan dan pengunjuk rasa yang marah karena perlakuan rasialisme penegak hukum terhadap minoritas yang berjung perusakan dan penjarahan.
Tidak saja perusakan dan penjarahan, aksi protes itu mulai juga menyebabkan tujuh orang dilaporkan tertembak di Louisville, Kentucky pada Kamis (28/5/2020) .
Puluhan bangunan dibakar dan dijarah, termasuk mobil dan kantor polisi tempat bertugas para polisi yang kini menjadi tersangka. Bahkan gelombang aksi yang berlangsung lima malam meluas ke kota-kota lainnya.
Menurut Waltz kerusuhan yang dilatarbelakangi perselisihan antara keturunan Afrika-Amerika dengan pihak kepolisian bukan baru kali ini terjadi.
The Washington Post mengabarkan bahwa tahun lalu lebih dari 1000 orang tewas ditembak Polisi AS tahun lalu yang sebagian besar korbannya adalah orang kulit hitam
Aksi demontrasi berlanjut pada Jumat siang (29/5/020 di Minneapolis, Chicago, Detroit, Columbus, Louisville, dan Des Moines. Para pengunjuk rasa yang digalang oleh lembaga Black Lives Matters mengusung tema “I Can’t Breathe” (Saya Tidak Bisa Bernapas)
Untuk mengendalikan kerusuhan wali Kota Minneapolis Jacob Frey pada hari Jumat memberlakukan jam malam. Mulai pukul 20.00 sampai sabtu pagi pukul 06.00, tidak ada yang boleh berkeliaran di jalanan kota, kecuali petuga penegak hukum, petugas medis dan pemadam kebakaran, serta Pasukan Garda Nasional.
Namun sampai Jumat malam gelombang protes disertai kekerasan pecah melintasi jam malam. Walz menilai demonstrasi yang terjadi pada Sabtu malam (30/5/2020) menjadi yang paling sengit dan menjalar ke kota-kota lainnya.
“Kami diserang. Ketertiban masyarakat perlu dipulihkan. Kami akan menggunakan kekuatan penuh kebaikan dan kebenaran kami untuk memastikan (kerusuhan) ini berakhir,” kata Walz, akhir pekan ini kepada AP.
CNN mengabarkan bahwa hingga Minggu dini hari (31/5/2020) aksi protes semakin meluas ke seluruh Amerika Serikat. Dampak dari gelombang protes itu menyebabkan 25 kota dari 16 negara bagian AS memberlakukan jam malam. Garda Nasional juga telah diterjunkan di sekitar selusin negara bagian dan Distrik Columbia.
Peristiwa terbunuhnya George Floyd, (46) yang menimbulkan gelombang demonstrasi, dipicu dari viralnya video aksi Chauvin menindih leher korban menggunakan lutut selama 5 menit menyebabkan kematian Floyd karena kehabisan nafas. Kejadian itu kemudian mendapat respon dari dunia luas terutama warag AS.
Untuk meredam gelombang aksi, Presiden Donald Trump Presiden sebelumnya telah menyampaikan belasungkawa kepada keluarga korban dan mengatakan bahwa pembunuhan Floyd merupakan peristiwa mengerikan.
“Saya sudah bicara kepada anggota keluarga, orang-orang yang hebat. Saya menyampaikan kesedihan saya. Ini merupakan peristiwa mengerikan untuk disaksikan. Mereka berduka, saya bisa melihat keluarga sangat mencintai saudara,” kata Trump.
Demikian pula Ketua DPR AS Nancy Pelosi juga angkat bicara, dia menyebut keadilan harus ditegakkan terkait kematian Floyd.
Derek Chauvin (44), polisi yang membunuh George Floyd dengan lututnya, kini telah dipecat dan didakwa. Termasuk tiga orang polisi rekan Chauvin yang berada di lokasi terbunuhnya Floyd.
“Kasus ini sudah siap, kami telah mendakwanya,” kata jaksa wilayah Mike Freeman pada Sabtu (30/5/2020), dikutip dari AFP.
Dakwaan itu disampaikan setelah aksi kerusuhan memasuki malam keempat, beberapa jam setelah tentara diturunkan ke jalan-jalan kota kembar Minneapolis dan St Paul.
Chauvin didakwa pembunuhan tingkat tiga pada Jumat (29/5/2020) lalu. Sedangkan keluarga korban menuntut Chauvin tuduhan tingkat pertama, yang mengharuskan jaksa penuntut membuktikan adanya unsur kesengajaan dan direncanakan.
Kekerasan yang dilakukan Chauvin bukan yang pertama kalinya. Insider memberitakan bahwa dia adalah polisi bermasalah.
Selama 19 tahun menjadi polisi di Departemen Kepolisian Minneapolis, Chauvin terlibat beberapa insiden kekerasan dan telah diadukan 10 kali ke Otoritas Tinjauan Sipil Kota dan Kantor Perilaku Polisi.