Di sela agenda G20 Culture Ministers Meeting, Fadli memulai babak baru diplomasi kebudayaan Indonesia: pembangunan Rumah Budaya Indonesia Syekh Yusuf, di atas lahan 2.000 meter persegi tak jauh dari makam sang ulama besar. Rumah budaya itu akan menjadi simpul baru hubungan Indonesia–Afrika Selatan, bukan sekadar bangunan fisik, tetapi ruang perjumpaan peradaban. “Perjuangan Syekh Yusuf Al-Makassari hingga dipenjara di Batavia, diasingkan ke Colombo, lalu dibuang ke Tanjung Harapan karena pengaruhnya dalam melawan kolonialisme menunjukkan kekuatan beliau dalam menjunjung tinggi nilai-nilai anti-penjajahan,” kata Fadli Zon.
JERNIH– Di bawah langit musim semi Afrika Selatan, Jumat (31/10/2025), langkah Menteri Kebudayaan Fadli Zon terhenti sejenak di tanah sunyi Macassar, Cape Town. Di hadapan makam seorang ulama dari Sulawesi Selatan yang kini dikenang sebagai Bapak Islam di Afrika Selatan, ia menundukkan kepala. Ziarah itu bukan seremoni rutin; namun menjadi penanda tumbuhnya kembali jejak sejarah yang pernah disapu ombak kolonialisme tiga abad lalu.
Di sela agenda G20 Culture Ministers Meeting, Fadli memulai babak baru diplomasi kebudayaan Indonesia: pembangunan Rumah Budaya Indonesia Syekh Yusuf, di atas lahan 2.000 meter persegi tak jauh dari makam sang ulama besar. Rumah budaya itu akan menjadi simpul baru hubungan Indonesia–Afrika Selatan, bukan sekadar bangunan fisik, tetapi ruang perjumpaan peradaban.
“Perjuangan Syekh Yusuf Al-Makassari hingga dipenjara di Batavia, diasingkan ke Colombo, lalu dibuang ke Tanjung Harapan karena pengaruhnya dalam melawan kolonialisme menunjukkan kekuatan beliau dalam menjunjung tinggi nilai-nilai anti-penjajahan,” kata Fadli Zon.

Lahir di Makassar pada 1626, keponakan Sultan Alauddin ini bukan sekadar ulama; ia pejuang. Ketika Makassar jatuh ke tangan VOC, ia bergerak ke Banten, menikah dengan putri Sultan Ageng Tirtayasa, dan terus menyalakan api perlawanan hingga akhirnya ditangkap Belanda.
Sepuluh tahun pengasingan di Colombo tak mematahkan langkahnya. Pada 1693, ia diseret jauh ke ujung benua Afrika. Namun alih-alih padam, api itu justru membakar sejarah baru: di Zandvliet, tepi Sungai Eerste, Syekh Yusuf membuka perlindungan bagi budak pelarian dan membentuk komunitas Muslim pertama di Afrika Selatan.
Dari tanah buangan itulah Islam menyebar ke Cape Town. Dan pada 23 Mei 1699, Syekh Yusuf wafat di usia 73 tahun, meninggalkan warisan spiritual yang menjalar hingga kini.
“Syekh Yusuf Al-Makassari adalah jembatan peradaban antara Nusantara dan Afrika Selatan. Rumah Budaya Indonesia Syekh Yusuf akan menjadi simbol persahabatan abadi kedua bangsa,” ujar Fadli.
Dalam kunjungan itu, Fadli didampingi Konjen RI Cape Town, Tudiono, serta tokoh-tokoh setempat seperti Imam Adam dari Masjid Nurul Latief dan sejarawan Ebrahim Rhoda. Bagi komunitas Muslim Cape Town, nama Syekh Yusuf bukan legenda asing: ia bagian dari nadi sejarah, jejak yang hidup dalam memori genealogis dan spiritual.
Rumah budaya yang akan dibangun itu dirancang menjadi pusat kegiatan seni, riset sejarah, ruang dialog komunitas, hingga penghubung diaspora Indonesia di Afrika Selatan. Di situ, warisan Syekh Yusuf akan dipersembahkan kembali kepada dunia — bukan sebagai kisah nostalgia, melainkan sumber nilai: keteguhan, toleransi, spiritualitas, dan keberanian menolak ketidakadilan.
Kementerian Kebudayaan melalui Direktorat Diplomasi Kebudayaan memastikan rumah budaya ini menjadi wadah pertukaran pengetahuan dan pengembangan jejaring lintas negara. Indonesia tidak sekadar mengingat sejarah, tetapi menghidupkannya sebagai kekuatan diplomasi dan kebangsaan.
Ziarah Fadli Zon di Macassar itu menegaskan satu pesan: bahwa bangsa besar bukan hanya menulis sejarah, tetapi merawatnya. Diplomasi kebudayaan Indonesia hari ini bukan sekadar diplomasi negara — ia diplomasi ingatan, diplomasi martabat, dan diplomasi kemanusiaan.
Di ujung Afrika, jejak seorang ulama Makassar kembali menjadi kompas. Dan dari tanah asing yang pernah menjadi pembuangan, Indonesia membangun rumah — bukan untuk kembali pada masa lalu, tetapi untuk menyongsong masa depan bersama. [ ]