London – Para influencer media social tak bisa lepas dari godaan. Termasuk tawaran melakukan hubungan seks dengan imbalan menggiurkan seperti layanan prostitusi kelas atas.
Sejumlah influencer menyampaikan pengalaman mereka di acara The Victoria Derbyshire di BBC. Salah seorang influencer mengatakan bahwa saat ini media sosial ‘seperti katalog’ bagi laki-laki untuk memilih orang yang bersedia diajak berhubungan intim.
Influencer adalah seseorang yang memiliki followers atau pengikut yang banyak di media sosial. Contohnya seperti seorang selebritis, selebgram, Youtuber, blogger dan lainnya. Para influencer di media sosial setiap hari menerima tawaran puluhan ribu dolar AS dari orang asing dengan imbalan bersedia melakukan hubungan seks.
“Ini seperti prostitusi kelas atas…. saya takut ketika menerima pesan mereka. Mereka mungkin mengirim pesan ke ribuan gadis-gadis cantik di Instagram,” ungkap salah seorang influncer, Tyne-Lexy Clarson, kemarin.
Ia menuturkan pertama kali menerima tawaran saat berusia 19 tahun. Ketika itu, ia ditawari uang US$26.000 atau sekitar Rp346 juta untuk menemani seseorang makan malam. Namun, setelah ia tampil di acara reality show di televisi, Love Island, satu agen mengirim email ke Clarson menawarinya US$65.000 (setara dengan Rp866 juta) dengan syarat bersedia terbang ke Dubai dan tinggal di sana selama lima malam.
Disertakan pula rancangan perjanjian bahwa ia tak boleh menceritakan kepada pihak lain apa saja yang ia lakukan selama berada di Dubai. Clarson menolak tawaran tersebut. Namun dia khawatir, bintang media sosial yang tak banyak menerima fasilitas dari sponsor –sementara di sisi lain dituntut untuk selalu tampil glamor– tak kuasa menolak transaksi semacam ini. “Bagi banyak orang, itu jumlah uang yang sangat besar,” kata Clarson.
Rosie Williams, yang juga tampil di acara Love Island, mengatakan ia pernah ditawari uang US$130.000 (sekitar Rp1,7 miliar) per tahun plus uang belanja pakaian dan tas untuk menjadi teman seorang laki-laki di Uni Emirat Arab.
Kepada BBC, ia menunjukkan beberapa pesan, yang ia terima belum lama ini dari seorang laki-laki yang mengaku tinggal di Kota Dubai. Dalam salah satu pesan disebutkan bahwa laki-laki tersebut punya ‘transaksi penting’ yang ingin ia bagi.
Williams mengatakan bahwa dirinya tidak akan pernah tergoda dengan tawaran-tawaran semacam ini meski uang yang dijanjikan kepadanya sangat besar. Ia mengaku tak pernah membayangkan sebelumnya akan menerima tawaran semacam ini. “Anda tak pernah diperingatkan bahwa suatu saat akan akan laki-laki yang akan ‘membeli’ Anda,” katanya.
Sejak wawancara dengan influencer disiarkan, acara The Victoria Derbyshire menerima beberapa laporan. Modusnya antara lain, sang laki-laki secara langsung mengirim tawaran atau melalui agen yang bertindak atas nama klien kaya.
Salah satunya dari bintang acara realitas, sebut saja namanya Isabel, yang mengaku ditawari US$13.000 (atau sekitar Rp173 juta) untuk berhubungan intim di satu lokasi liburan. Isabel mengatakan tawaran ini berawal dari pendekatan oleh seorang laki-laki berusia 10 tahun lebih tua darinya, melalui Instagram. “Ia menawari saya tas-tas bermerek… ia mendapatkan kepuasan seksual dengan memberi saya uang untuk membeli tas-tas mahal,” jelas Isabel.
Dorongan agar ia selalu tampil glamor di mata para follower membuatnya menerima tawaran laki-laki tersebut. Meski telah berhubungan selama 18 bulan, ia dan laki-laki tersebut tak pernah bertemu langsung. Ketika tawaran untuk bertemu secara fisik, datang, Isabel menerima.
“Orangnya menyenangkan. Saat makan malam, kami berbicara tentang situasi keuangan dan saya katakan bahwa saya punya utang US$6.500 (sekitar Rp86,5 juta),” kata Isabel.
“Ia mengatakan kalau saya bersedia berhubungan seks dengannya, dia akan memberi saya US$10.000,” kata Isabel. Tawaran disepakati dan keduanya melakukannya di kamar hotel.
“Setelah itu perasaan saya campur aduk. Saya merasa tak dihargai, benci dengan diri sendiri…,” katanya. Namun, ia menyatakan ini bukan bentuk prostitusi.
Organisasi perempuan, Object, yang mengkampanyekan penentangan terhadap objektifikasi perempuan, mengatakan bisa memahami mengapa mereka menerima “tawaran yang menggoda”.
Pegiat organisasi tersebut, Heather Brunskell-Evans mengatakan, “Perempuan-perempuan yang terlibat dalam kasus seperti ini tak ingin mendengar kata terorisme. Realitasnya adalah mereka menjual tubuh mereka demi uang.” “Laki-laki itu menawarkan apa saja yang diperlukan oleh influencer agar sukses, tapi pada akhirnya, ini adalah eksploitasi,” katanya.
Agen selebritas Rob Cooper mengatakan tawaran uang berlimpah tak hanya ditujukan kepada influencer perempuan, tapi juga influencer laki-laki.
Juru bicara Facebook, perusahaan yang memiliki Instagram, mengatakan bahwa pihaknya tidak mentolerir orang-orang yang memanfaatkan Instagram sebagai medium transaksi seksual. “Mereka yang melanggar akan kami larang. Kami ingin menjadikan Instagram sebagai ruang aman bagi siapa pun untuk mengekspresikan diri mereka,” kata juru bicara Facebook. [bbc/Zin]