Site icon Jernih.co

Intelejen Rusia Tawarkan Hadiah kepada Taliban untuk Bunuh Prajurit AS

Kabul — Antara 1979-1989, AS membantu Mujahidin Afghanistan memerangi invasi Uni Soviet. Kini, menurut sumber intelejen, Rusia menawarkan hadiah bagi Taliban yang bisa membunuh tentara AS di Afghanistan.

Surat kabar New York Times yang kali pertama melaporkan kisah ini. CNN mengkonfirmasi mengkonfirmasi kebenaran, dengan mewawancarai seorang pejabat intlejen Eropa.

Menurut New York Times, GRU — intelejen militer Rusia — menawarkan hadian itu kepada Taliban saat pembicaraan damai.

“Pendekatan tak berperasaan GRU mengejutkan dan tercela,” kata pejabat intelejen Eropa kepada CNN. “Motivasi mereka membingungkan.”

Tawaran hadiah itu menyebabkan korban di pihak kolaisi. Namun pejabat intelejen Eropa itu tidak merinci tanggal serangan Taliban terhadap pasukan koalisi, jumlah atau kebangsaan tentara yang menjadi korban, dan berapa yang terluka.

Mengutip sejumlah pejabat AS, New York Times melaporkan Presiden Donald Trump mendapat pengarahan tentang temuan intelejen tentang hal ini. Dewan Keamanan Nasional mengadakan pertemuan membahas perilaku GRU akhir Maret lalu.

Sekretaris pers Gedung Putih Kayleigh McEnany mengatakam, dalam pernyataan Sabtu, bahwa presiden dan wakil presiden tidak diberi pengarahan tentang dugaan intelejen Rusia memberi hadiah kepada Taliba yang membunuh prajurit AS.

Namun, McEnany diberi pengarahan tentang ketidak-akuratan laporan New York Times. Ia juga tidak menyangkal validitas intelejen AS bahwa unit intelejen Rusia menawarkan hadiah kepada Taliban untuk menyerang pasukan koalisi di Afghanistan.

Departemen Pertahanan, Departemen Luar Negeri, dan Badan Intelejen AS (CIA) tidak berkomentar.

Kedubes Rusia di Washington mengecam laporan New York Times, sebagai tuduhan tak berdasar. Laporan itu, katanya, menyebabkan ancaman pembunuhan terhadap diplomat Rusia di Washington dan London.

New York Times menciptakan cerita palsu,” tulis Kedubes Rusia di Twitter.

Di Afghanistan, Taliban juga menolak laporan bahwa mereka ditawari hadiah oleh GRU untuk menyerang pasukan AS.

“Kami menolak tuduhan itu,” kata Zabithullah Mujahid, juru bicara Taliban, dalam keterangan resminya. “Sembilan belas tahun Imarah Islam tidak berutang budi atas kebaikan organ intelejen negara asing. Imarah Islam tidak membutuhkan siapa pun dalam menentukan tujuan.”

Dalam operasi terselubungnya, unit mata-mata Rusia menawarkan hadian atas serangan berhasil tahun lalu. Taliban, atau rekan kriminal bersenjata, diperkirakan mengumpulkan banyak uang hadiah.

Perwira intelejen Rusia di unit GRU, dikenal sebagai 29155, sebelumnya disalahkan atas percobaan pembunuhan Sergei Skripal — mantan agen KGB yang direkrut bertahun-tahun oleh intelejen Inggris.

Exit mobile version