- Internet Explorer berhenti beroperasi sejak tengah pekan lalu.
- Tidak ada yang berduka karena aplikasi itu paling dibenci.
JERNIH — Microsoft, Rabu 15 Juni, menghentikan dukungan untuk Internet Explorer — browser yang sangat dibenci peselancar web. Seorang insinyur Korea Selatan (Korsel) membuat batu nisan kematian browser itu.
Jung Ki-young, insinyur Korsel, itu menghabiskan 330 dolar AS, atau Rp 4,8 juta, untuk membuat batu nisan untuk aplikasi yang mati pada usia 27 tahun itu.
Jung mendesan batu nisan itu, dengan logo ‘e’ tepat di atasnya. “Internet Explorer adalah alat yang bagus untuk mengunduh browser lain,” katanya.
Internet Explorer kini bergabung dengan BlackBerry, modem dial-up, dan Palm Pilots, di tong sampah sejarah teknologi. Mereka hanya aka diingat generasi yang pernah menggunakannya.
Jung memamerkan batu nisan itu di sebuah kafe yang dikelola saudaranya di Gyeongju, dipotret, dan viral di media sosial. Kepada Reuters, Jung mengatakan perasaannya campur aduk atas kehilangan Internet Explorer, yang memainkan peran besar dalam kehidupan kerjanya.
“Menyebalkan, tapi hubungan saya dengan Internet Explorer adalah antara cinta dan benci,” kata Jung. “Sebab Explorer pernah mendominasi sebuah era.”
Diluncurkan tahun 1995, Explorer menjadi browser terkemuka yang membunuh Netscape. Selama lebih satu dekade, Explorer dibundel dengan sisitem operasi Microsoft Windows terpasang di miliaran komputer di seluruh dunia.
Tahun 2000-an, Explorer mulai kalah dengan Google Chrome dan menjadi subyek meme internet tak terhitung jumlahnya. Beberapa pengembang mengatakan Explorer lambat dibanding pesaingnya.
Jung mengatakan ia bermaksud membuat orang tertawa dengan lelucon batu nisan itu, tapi terkejut dengan seberapa luas lelucon itu beredar di dunia maya.
“Itulah cara saya berterima kasih kepada Explorer, dengan membuat lelucon kelas dunia,” katanya. “Bagi saya, Explorer mengalami kematian yang baik.”