- Operasi Murka Tuhan Part I dibentuk setelah pembantaian atlet Israel di Olimpiade Munich 1972.
- Shin Bet dan Mossad mengejar anggota Black September sampai ke orang terakhir.
JERNIH — Shin Bet, dinas keamanan internal Irael, dan dinas intelejen Mossad, membentuk unit khusus yang memburu dan melacak anggota Hamas pelaku serangan mematikan 7 Oktober.
Media Israel memberitakan unit khusus itu bernama NILI, akronim dalam bahasa Ibrani untuk frasa Alkitab; Netzah Yisrael Lo Yeshaker, atau Yang Abadi Israel tidak Akan Berbohong.
Sebagai unit khusus yang bekerja secara rahasia, aktivitas NILI tak diketahui pemerintah Israel. Namun Ahron Bregman, ilmuwan politik di King’s College London, yakin unit khusus itu benar-benar ada.
“Saya tahu dari sumber terpercaya bahwa unit khusus itu ada,” kata Bregman.
Shahin Modarres, pakar intelejen Iran dan Israel di Tim Internasional untuk Studi Keamanan Verona, mengatakan pembentukan unit seperti itu bukan sesuatu yang mengejutkan.
“Piagam Mossad menetapkan misinya adalah menetralisir ancaman terhadap Israel dan melakukan balas dendam,” kata Modarres. “Artinya, melacak Hamas adalah tanggung jawab Mossad.”
Persepsi serangan 7 Oktober adalah kegagalan intelejen adalah alasan utama operasi ini. Kegagalan itu, kata Modarres, membuat Shin Bet dan Mossad tidak punya pilihan selain melakukan penebusan diri.
Operasi Murka Tuhan Part II
Ambisi NILI serupa dengan Operasi Wrath of Got, yang dianggap sebagai dasar operasi retribusi Mossad dan dipopulerkan oleh Steven Speilberg tahun 2005 lewat film ‘Munich’.
Setelah pembantaian atlet Israel di Olimpiade Munich 1972 oleh militan Palestina Black September, Mossad melacak yang terlibat dan membunuh mereka satu per satu. NILI diharapkan mengulang tugas itu.
Preseden Operasi Murka Tuhan memberi gambaran akan sumber daya yang kemungkinan digunakan Israel untuk memburu anggota Hamas yang terlibat penyerbuan 7 Oktober. Artinya, perburuan terhadap Hamas akan berlangsung puluhan tahun, menggunakan dana dan logistik tak terbatas.
Mossad butuh dua dekade untuk memburu dan membunuh satu per satu anggota Black September.
Israel membentuk unit rahasia di bagian operasi rahasia Mossad yang dijuluki Kidon, kata dalam Bahasa Ibrani yang artinya bayonet. Mereka adalah pasukan pembunuh di dinas rahasia Israel, yang melenyapkan seluruh anggota Black September.
Kidon juga mengincar ilmuwan nuklir Iran, dan kini kemungkinan ambil bagian dalam operasi NILI.
Modus operasi Kidon bukan membunuh diam-diam, tapi membuat pernyataan dengan bahan peledak. Ini terlihat dalam pembunuhan ilmuwan nuklir Iran Darioush Rezaeinejad, yang dibunuh pengendara sepeda motor setelah menjemput anaknya dari sekolah tahun 2011.
Kidon juga membunuh Wadia Haddad, aktivis Palestina, tahun 1978. Cara membunuh Haddad cukup menarik, yaitu dengan memberi racun pada pasta gigi dan cokelat dari Belgia.
Kalau ada yang berbeda, NILI akan melakukan operasi saat Israel sedang berperang dengan Hamas. Kidon beroperasi ketika Palestina-Israel tidak sedang berperang.
Operasi NILI akan sangat sulit karena pejuang Hamas bersembunyi di bawah tanah Gaza. Artinya, NILI akan beroperasi bersamaan dengan serangan darat besar-besaran.
“Saya rasa NILI tidak akan masuk pada fase pertama operasi darat, karena terlalu berbahaya,” kata Modarres. “Mereka akan asuk setelah tujuan militer tercapai, yaitu melenyapkan mereka yang bertahan hidup di Gaza.”
Bregman yakin NILI akan masuk bersamaan dengan invasi darat Israel dengan dua misi; menemukan sandera Israel dan membebaskannya, serta menemukan anggota Hamas yang membunuh warga Israel pada 7 Oktober.”
Target Utama; Brigade al-Qassam
Sasaran NILI adalah anggota pasukan Nukhba, atau Brigade Izz al-Din al-Qassam — sayap bersenjata Hamas paling radikal dan terlatih. Lainnya adalah arsitek serangan 7 Oktober, yaitu Mohammed Deif, Marwan issa — orang nomor dua di Brigade al-Qassam — serta Yahya Sinwar, pemimpin Hamas yang bersembunyi di terowongan.
Operasi NILI tidak hanya di sekujur Gaza, tapi juga di tempat lain. Sebab, Mossad akan terlibat langsung dalam operasi ini. Hamas dipastikan akan mengejar anggota Hamas yang berada di Turki dan Qatar.
“Orang-orang seperti Khaled Meshaal, mantan pemimpin Hamas paling berpengaruh, dan Ismail Haniyeh — ketua biro politik Hamas yang mengawasi seluruh operasi,” kata Bregman.
Mossad kali terakhir mencoba membunuh Khaled Meshaan di Amman tahun 1997, dan gagal. Kombatan Mossad ditangkap di Yorgania, yang menyebabkan krisis mengerikan antara Yordania dan Israel.
Tel Aviv saat itu dipaksa setuju membebaskan tahanan, termasuk Sheikh Ahmed Ismail Hassan Yassin — pendiri Hamas. Yassin dibunuh tentara Israel di Jalur Gaza tujuh tahun kemudian.