Site icon Jernih.co

Israel Gunakan Cloud Microsoft untuk Pengawasan Massal Warga Palestina

Papan nama Microsoft di kantor pusat perusahaan di Mountain View, California, AS (Foto: EPA/John G. Mabanglo)

JERNIH – Dokumen yang bocor mengungkapkan badan mata-mata Israel menggunakan server cloud Microsoft untuk menyimpan panggilan telepon warga Palestina hasil penyadapan dan menargetkan mereka.

Hal ini terungkap dalam penyelidikan gabungan The Guardian, +972 Magazine dan Local Call. Sistem pengawasan yang beroperasi sejak 2022 ini dibangun oleh Unit 8200, badan intelijen rahasia militer Israel. Sistem ini memungkinkan unit tersebut mengumpulkan dan menyimpan rekaman jutaan panggilan telepon harian dari warga Palestina di Gaza dan Tepi Barat yang diduduki.

Pengungkapan yang awalnya dilaporkan pada hari Rabu (6/8/2025) bermula dari dokumen Microsoft yang bocor dan kesaksian dari 11 sumber, termasuk dari intelijen militer Israel dan perusahaan tersebut.

Guardian melaporkan, menurut kebocoran tersebut, sejumlah besar data tampaknya disimpan di server Azure milik Microsoft yang berlokasi di Belanda dan Irlandia. Tiga sumber dari Unit 8200 mengatakan bahwa sistem berbasis awan membantu mengarahkan serangan udara mematikan dan membentuk operasi di seluruh wilayah Palestina yang diduduki.

Microsoft menyatakan bahwa CEO Satya Nadella, yang bertemu dengan komandan Unit 8200, Yossi Sariel, pada tahun 2021, tidak mengetahui sifat data yang akan disimpan. Perusahaan menyatakan bahwa tinjauan internal tidak menemukan “bukti hingga saat ini” bahwa Azure atau perangkat kecerdasan buatan (AI)-nya “digunakan untuk menargetkan atau menyakiti orang”.

Pengungkapan itu muncul setelah pelapor khusus Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang situasi hak asasi manusia di wilayah Palestina yang diduduki, Francesca Albanese, mengeluarkan laporan yang memetakan perusahaan-perusahaan yang membantu Israel dalam pendudukan dan perang di Gaza.

Laporan tersebut mencatat bahwa Microsoft, yang telah beroperasi di Israel sejak 1991, telah membangun pusat terbesarnya di luar AS di Israel dan mulai mengintegrasikan teknologinya di seluruh militer, polisi, penjara, sekolah, dan permukiman di negara tersebut.

Sejak 2003, perusahaan tersebut telah mempererat hubungan dengan pertahanan Israel, mengakuisisi perusahaan rintisan di bidang pengawasan dan keamanan siber, serta mengintegrasikan sistemnya dalam operasi militer. Pada 2024, seorang kolonel Israel menyebut teknologi cloud seperti yang ditawarkan Microsoft sebagai “senjata dalam segala hal”.

The Guardian melaporkan bahwa catatan internal di Microsoft menunjukkan bahwa Nadella menawarkan dukungan terhadap tujuan Sariel untuk memindahkan sejumlah besar intelijen militer ke cloud. Pernyataan Microsoft yang dikutip Guardian mengatakan bahwa “tidak akurat” jika dikatakan bahwa ia memberikan dukungan pribadinya untuk proyek tersebut.

Insinyur Microsoft kemudian bekerja sama erat dengan intelijen Israel untuk menanamkan fitur keamanan dalam Azure, yang memungkinkan transfer hingga 70 persen data sensitif Unit 8200 ke platform tersebut.

Meskipun pejabat Israel mengklaim teknologi tersebut membantu menggagalkan serangan, sumber-sumber di Unit 8200 mengatakan sistem tersebut mengumpulkan komunikasi tanpa pandang bulu, yang seringkali digunakan untuk menahan atau memeras warga Palestina. “Ketika mereka perlu menangkap seseorang dan tidak ada alasan yang cukup kuat … di situlah mereka mencari dalih,” ujar salah satu sumber.

Beberapa sumber menduga data yang disimpan telah digunakan untuk membenarkan penahanan dan bahkan pembunuhan.

Perluasan sistem ini bertepatan dengan pergeseran yang lebih luas dalam pengawasan Israel, beralih dari pelacakan tertarget menjadi pemantauan massal terhadap penduduk Palestina. Salah satu alat berbasis AI dilaporkan memberikan skor risiko pada pesan teks berdasarkan kata-kata pemicu tertentu, termasuk diskusi tentang senjata atau kemartiran.

Sariel, yang mengundurkan diri pada tahun 2024 setelah kegagalan intelijen Israel pada 7 Oktober 2023, telah lama memperjuangkan pengawasan berbasis cloud.

Seiring berlanjutnya perang Israel di Gaza, dengan lebih dari 61.250 warga Palestina tewas, termasuk 18.000 anak-anak, program pengawasan tetap aktif. Sumber mengatakan data yang ada, dikombinasikan dengan perangkat AI, terus digunakan dalam operasi militer.

Exit mobile version