Site icon Jernih.co

Joe Biden Akhiri Dukungan AS untuk Arab Saudi dalam Konflik Yaman

Pemerintah di Washington mengumumkan akan mendorong diakhirinya konflik enam tahun di Yaman secara damai, yang telah menewaskan lebih dari 100 ribu orang dan memicu krisis kemanusiaan.

JERNIH–Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden mengatakan pada hari Kamis (04/02) bahwa AS mengakhiri dukungannya untuk operasi militer dalam perang yang dipimpin Arab Saudi di Yaman.

Presiden Biden mengatakan konflik yang telah berlangsung selama enam tahun itu “harus diakhiri,” tetapi menegaskan Washington akan terus mendukung sekutu lamanya, Arab Saudi. “Kami meningkatkan diplomasi kami untuk mengakhiri perang di Yaman, perang yang telah menciptakan bencana kemanusiaan dan strategis,” kata Biden.

“Perang ini harus diakhiri, dan untuk menegaskan komitmen kami, kami mengakhiri semua dukungan Amerika untuk operasi ofensif dalam perang di Yaman, termasuk penjualan senjata yang relevan.”

Biden mengumumkan keputusan itu dalam pidato pertamanya di depan para diplomat Departemen Luar Negeri. Kebijakan baru tersebut berseberangan dengan kebijakan kedua pendahulunya.

Penasihat keamanan nasional Presiden Joe Biden, Jake Sullivan, mengumumkan kemungkinan perubahan sikap AS dalam konflik di Yaman pada Kamis (04/02)

Mengisyaratkan pemutusan kebijakan lebih lanjut Pemerintahan Trump, Biden mengatakan bahwa ia “menjelaskan kepada Presiden Rusia Vladimir Putin dengan cara yang sangat berbeda dari pendahulunya, bahwa hari-hari Amerika Serikat tunduk pada agresivitas Rusia, mencampuri pemilu kami, serangan siber, meracuni warganya, itu sudah berakhir.”

“Kami tidak akan ragu untuk berhadapan dengan Rusia dan mempertahankan kepentingan vital kami dan rakyat kami,” kata Biden.

Negara-negara Barat mulai keras terhadap Saudi

Kemungkinan perubahan sikap AS terhadap konflik di Yaman pertama kali diumumkan sebelumnya oleh penasihat keamanan nasional Biden, Jake Sullivan.

Lebih dari 100 ribu orang diperkirakan tewas selama perang Yaman yang meletus sejak tahun 2014.

Konflik tersebut, yang telah membuat jutaan warga Yaman di ambang kelaparan, awalnya melibatkan pemerintah Yaman yang kehilangan tempat karena pemberontakan Houthi yang didukung Iran. Arab Saudi dan delapan negara Arab lainnya – pada awalnya dengan dukungan AS, Inggris dan Prancis – kemudian melancarkan serangan udara terhadap pemberontak Houthi untuk menghentikan pergerakan mereka.

Negara-negara Barat menjadi lebih kritis terhadap konflik di sana karena terus berlanjut tanpa resolusi. Beberapa negara, termasuk Jerman dan sekarang termasuk AS sejak Biden menjabat, telah menangguhkan penjualan senjata ke Arab Saudi dan UEA.

Houthi akan tetap dicap kelompok ‘teroris’?

Pemerintahan Biden juga akan menunjuk seorang utusan khusus untuk Yaman dalam sebuah langkah mediasi untuk mengakhiri konflik secara damai.

Tim Lenderking, seorang diplomat berpengalaman dan spesialis isu Timur Tengah, akan ditugaskan sebagai ujung tombak upaya tersebut.

PBB mengatakan krisis kemanusiaan di Yaman adalah yang terburuk di dunia. Diperkirakan 80% populasi negara, atau 24 juta orang kekurangan makanan dan membutuhkan bantuan kemanusiaan. Presiden Biden juga berencana untuk meninjau salah satu langkah terakhir pemerintahan Trump.

Bulan lalu Menteri Luar Negeri Trump, Mike Pompeo, mengumumkan bahwa Houthi telah ditetapkan sebagai “kelompok teroris”. Organisasi bantuan memeringatkan hal itu dapat mencegah mereka beroperasi di daerah di mana jutaan orang sangat membutuhkan bantuan makanan. [AP/AFP/Reuters]

Exit mobile version