Site icon Jernih.co

Joe Biden Tetapkan 31 Maret Sebagai Hari Transgender, Kelompok Konservatif dan Gereja Marah

JERNIH — Presiden AS Joe Biden menetapkan 31 Maret, bertepatan dengan Minggu Paskah, sebagai Hari Visibilitas Transgender, yang membuat kalanan konservatif dan gereja marah.

“Hari ini kami mengirim pesan kepada semua transgender AS; Anda dicintai, Anda didengar, Anda dipahami, Anda adalah Amerika, dan pemerintahan saya dan saya mendukung Anda,” tulis Biden dalam proklamasinya pada Jumat 29 Maret.

Menurut Gedung Putih, perayaan itu dirancang untuk menghormati keberanian dan kontribusi luar biasa transgender AS dan penegasan komitmen Paman Sam untuk membentuk persatuan lebih sempurna.

Sebagai bagian kampanye inklusivitas, Gedung Putih melarang anak-anak mengirim telur Paskan berhias konten meragukan sebagai simbol keagamaan, tema keagamaan yang terang-terangan dari kontes Seni Paskah tradisional.

Acara ini merupakan komponen inti perayaan Paskah tahunan Gedung Putih yang telah berlangsung hampir setengah abad.

Tradisi merayakan kesuksesan kaum transgender pada akhir Maret dimulai 2009, dan baru akan kembali jatuh pada Minggu Paskah tahun 2086. Namun, tahun ini perayaan Hari Transgender — yang bertepatan dengan Minggu Paskah — memicu kemarahan kelompok konservatif.

Beberapa pentolan kelompok konservatif menyebut Hari Transgender sebagai aib mutlak. Mereka mencap Partai Demokrat sebagai pemuja setan.

Mike Johnson, ketua DPR dari Partai Republik, menyebut langkah Joe Biden sebagai tindakan melanggar tradisi yang keterlaluan dan menjijikan. Jim Blaks, kandidat anggota Senat dari Partai Republik, mengatakan langkah itu merupakan tamparan bagi umat Kristen AS dan dunia.

Exit mobile version