Adian Napitupulu, salah satu elit PDIP menilai kalau big data yang diklaim Luhut dan Muhaimin sangat penting dijelaskan kepada publik. Supaya jelas dari mana dan bagaimana metode ilmiah pengumpulannya.
JERNIH-Meski bosnya ogah dibilang memanipulasi sebab mengatakan ada big data sebanyak 110 juta orang di media sosial yang mendukung penundaan Pemilu 2024, juru bicara Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan, Jodi Mahardi, juga serupa atasannya, tak mau membuka klaim tersebut secara terang-terangan.
Dia bilang, kalau data tersebut merupakan data internal netizen yang terangkum dalam big data yang dikelola secara internal.
Dalam sebuah wawancara di tayangan Youtube luhut mengklaim data tersebut. Jumlahnya, beda 10 juta saja. Kalau Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar bilang ada 100 juta akun pendukung penundaan Pemilu 2024, Luhut bilang ada 110 juta.
Jodi bilang, sebagai bagian dari pemerintahan, sudah seharusnya Luhut menyerap semua aspirasi publik dengan pengelolaan data dari berbagai sumberu yang kemudian dirangkum dalam big data. Namun ketika ditanya soal metode ilmiah terkait pengumpulan data tersebut, dia cuma bisa bilang tak punya otoritas.
“Saya enggak punya otoritas untuk itu,” kata Jodi.
Dia juga bilang, meski kritik bertubi-tubi dialamtkan kepada bosnya, Luhut tak mau ambil pusing soal itu.
“Santai aja, kan cuma menyampaikan wacana yang bermunculan,” kata Jodi menyebutkan.
Adian Napitupulu, salah satu elit PDIP menilai kalau big data yang diklaim Luhut dan Muhaimin sangat penting dijelaskan kepada publik. Supaya jelas dari mana dan bagaimana metode ilmiah pengumpulannya.
Dia mempertanyakan dari mana data itu didapat sebab suara masyarakat tak bisa diklaim semaunya.
“Angka 100-an juta itu dari mana saja? Kenapa paparan tersebut penting? Karena suara rakyat tidak bisa diklaim semena- mena,” ujar Adian.[]