- Tatmadaw memanggil pemimpin komunitas Muslim di desa-desa di Rakhine.
- Perintah militer, jangan berpihak ke Tentara Arakan.
JERNIH — Militer Myanmar mengancam desa-desa yang dihuni pemeluk Muslim di Kotapraja Kyauktaw, negara bagian Rakhine, untuk tidak berpihak ke kelompok bersenjata etnis Rakhine, Tentara Arakan, atau sayap politik keduanya; Liga Bersatu Arakan.
The Irrawaddy memberitakan Tentara Arakan (AA) terlibat pertempuran sengit selama hampir tiga tahun. Militer Myanmar menderita banyak korban, dan ratusan warga sipil mengungi. November 2020 pertempuran terhenti.
Setelah kudeta 1 Februari, AA menegaskan kontrol politiknya di sebagian besar negara bagian Rakhine, menunjuk pejabat urusan politik, dan mulai membuat keputusan administratif. AA juga membentuk pengadilan sendiri.
Seorang kepala desa, yang memohon tak disebut namanya, mengatakan komandan Batalyon Infanteri Ringan 375 memanggil administrator dan perwakilan masyarakat dari lima desa; Pikethe, Pauktaw Plaung, Guppi Htaung, Shwe Lai dan Pauktaw-Taung Oo, ke markasnya pada 6 September dan diberi tahu untuk tidak berpihak ke AA.
“Mereka mengatakan kepada kami untuk mengadu ke polisi atau departemen administrasi umum, bukan AA,” kata kepala desa itu. “Jika mereka tidak dapat membantu, komandan itu mengatakan agar mengadu ke Tentara Myanmar.”
Komandan batalyon dan Komando Operasi Militer 9, yang berbasis di Kyauktaw, menghadiri pertemuan itu. Menurut militer Myanmar, pemerintah bentukan AA tidak sah.
Mayor Jenderal Twan Myat Naing, komandan AA, mengatakan kepada media berbasis di luar negeri bahwa mereka mengambil nasihat hukum tentang penggunaan kontrol eksekutif dan yudisial di negara bagian Rakhine.
“Ada juga rencana untuk mengelola desa-desa Muslim,” kata Twan Myat Naing.
Muslim Rakhine bukan Rohingya. Mereka orang Rakhine, penduduk asli negara bagian itu, yang memeluk Islam. Mereka dikecualikan dari Rohingya. Sejauh ini Rohingya tidak diakui sebagai etnis Myanmar, tapi Bengali.