Pada umumnya kampus menganggap aksi tersebut merupakan tanggungjawab pribadi.
JERNIH-Mahasiswa peserta aksi unjukrasa menolak Omnibus Law UU Cipta Kerja (UU Ciptaker) bakal tak terpetakan berapa diantara mereka yang terinfeksi virus Corona. Pasalnya sejumlah perguruan tinggi menolak memfasilitasi tes virus corona (Covid-19) bagi mereka.
Beberapa kampus yang sudah menyatakan keputusannya adalah Universitas Pancasila, Universitas Nasional dan Universitas Gadjah Mada. Sikap kampus tersebut merupakan respon adanya imbauan Satuan Tugas Penanganan Covid-19 beberapa hari lalu.
Kepala Biro Humas Universitas Nasional di Jakarta, Marsudi menyebut, kampus tidak terkait dalam aksi demonstrasi mahasiswa menolak UU Ciptaker beberapa waktu lalu. Ia juga belum mendapat instruksi dari pimpinan kampus untuk memfasilitasi pemeriksaan corona bagi mahasiswa yang melakukan demonstrasi.
“Mereka kan bukan atas arahan Unas, mereka kan turun berdemo atas keinginan masing-masing individu,” kata Marsudi memberi alasan.
Ditambahkan Marsudi, pihak kampus tidak mendapat imbauan ataupun arahan resmi dari pihak terkait agar melakukan pemeriksaan terhadap mahasiswa.
Demikian juga pernyataan Kepala Biro Humas Universitas Pancasila Putri Langka. Ia menyebut, pihak kampus sejak awal telah mengingatkan mahasiswa agar tidak mengikuti demonstrasi di tengah pandemi Covid-19.
“Kami informasikan bahwa sudah terdapat edaran dari bidang kemahasiswaan yang menyatakan tidak menyetujui kegiatan demo pada masa pandemi ini karena besarnya risiko penularan,” kata Putri, (16/10/2020).
“Mahasiswa yang tetap berangkat memiliki tanggung jawab atas tindakannya masing-masing. Termasuk pelaksanaan rapid test”.
Pihak kampus menghimbau para mahasiswa tersebut agar mengetahui kondisi kesehatannya dan tidak membahayakan orang di sekitarnya, dengan melakukan rapt tes sendiri.
Sementara Universitas Gadjah Mada telah memiliki layanan fasilitas pemeriksaan corona secara gratis untuk mahasiswanya dengan syarat tertentu. Namun syarat tersebut tidak termasuk mahasiswa yang ikut aksi demonstrasi.
“Kampus memfasilitasi tes Covid-19 untuk mahasiswa yang datang dari daerah, mahasiswa yang akan kembali ke daerah asal, mahasiswa yang akan penelitian skripsi, tesis dan disertasi, panitia kemahasiswaan dan mahasiswa yang akan mengikuti lomba,” kata Direktur Kemahasiswaan UGM Haryadi.
Jika mahasiwa yang ikut aksi demonstrasi tersebut memenuhi salah satu syarat tersebut diatas, maka pihak kampus tidak akan menolak memberi rapit test.
” Jika tidak memenuhi kriteria, mahasiswa secara sadar tes mandiri di luar,”.
Sebelumnya Satgas Covid-19 mencatat 123 mahasiswa berasal dari perguruan tinggi di enam provinsi yang tercatat reaktif Covid-19. Ia pun khawatir demonstrasi mahasiswa akan memunculkan klaster baru.
“Kami imbau agar pihak universitas yang mahasiswanya mengikuti kegiatan aksi tersebut untuk melakukan identifikasi dan testing,” katanya, Selasa (13/10/2020). (tvl)