Site icon Jernih.co

Kardinal ‘Garis Keras’ Berkomplot dan Coba ‘Kudeta’ Paus Fransiskus

JERNIH — Sejumlah kardinal di Vatikan dikabarkan coba mengkudeta Paus Fransiskus dengan dara menekannya untuk mengundurkan diri.

Mengutip seorang petinggi Vatikan, La Stampa — koran Italia yang berbasis di Turin — melaporkan kardinal yang membocorkan informasi ini adalah orang Italia dan tidak menyebut nama.

The Telegraph dan Daily Mail, dua surat kabar Inggris, mengatakan rencana ‘kudeta’ akan melewati beberapa tahap tapi dengan satu tujuan; menempatkan Paus Fransiskus di bawah tekanan yang memaksanya mengundurkan diri.

Komplotan itu, menurut ketiga surat kabar itu, adalah minoritas. Jadi, mereka perlu waktu melemahkan Paus Fransiskus dan memenangkan hati para kardinal lain.

Mereka akan fokus pada ‘pilihan doktrinal’ paus yang menimbulkan ketidak-puasan di antara umat Katolik konservatif, terutama mengenai homoseksualitas, aborsi, dan perceraian. Isu lainnya adalah kesehatan Paus Fransiskus yang terus menurun.

Paus Fransiskus kini berusia 86 tahun, dan telah menjalani beberapa operasi selama setahun terakhir. Ia kadang harus menggunakan kursi roda untuk bergerak.

Benediktus XVI, pendahulu Paus Fransiskus yang baru saja meninggal dunia, mengundurkan diri Februari 2013 dengan alasan usia lanjut.

Media berspekulasi komplotan kandinal tidak ingin melawan Paus Fransiskus ketika Benediktus masih hidup. Mereka berusaha menghindari situasi yang belum pernah terjadi sebelumnya, yaitu dua paus pensiun masih hidup.

La Stampa melihat sesuatu yang mencurigakan bahwa Paus Fransiskus baru-baru ini bertemu Kardinal Georg Gaenswein, mantan sekretaris pribadi Benediktus XVI yang secara resmi masih prefek rumah tangga kepausan.

Kardinal Gaenswein, menurut La Stampa, kesal karena Paus Fransiskus sebetulnya memensiunkannya dalam segala hal kecuali nama.

Menurut La Stampa, Paus Fransiskus membahas tuduhan kardinal Gaenswein dalam khotbah Minggu, dengan mengatakan gosip adalah senjata mematikan, membunuh, membunuh cinta, membunuh masyarakat, dan membunuh persaudaraan.

Beberapa kardinal juga kecewa dengan Paus Fransiskus, yang membuat beberapa kesalahan politik dalam beberapa bulan terakhir. Misal, Vatikan harus meminta maaf kepada Rusia atas wawancara paus dengan majalah Jesuit AS, ketika menggambarkan Muslim Chechnya dan Buryat Buddhis sebagai orang Rusia paling kejam.

Moskwa memprotes. Menlu Rusia Sergey Lavrov mengkritik kata-kata Paus Fransiskus sebagai ‘aneh’ dan ‘tidak Kristen’.

Bulan lalu, Paus Fransiskus menggambarkan konflik di Ukraina sebagai perang global. Ia mengatakan konflik seperti itu dimulai ketika satu kekaisaran mulai melemah.

Exit mobile version