JAKARTA – Peristiwa kriminal yang menjerat selebritas Lucinta Luna akibat penyalahgunaan narkotika, tak luput dari pantauan Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) Pusat.
Komisioner Bidang Kelembagaan KPI, Hardly Stefano, meminta semua media agar tidak memberikan ekspose berlebihan atas kasus hukum yang menimpa Lucinta.
Menurutnya, pemberitaan kasus tersebut harus proporsional, yakni berkaitan dengan penyalahgunaan narkoba yang melilit Lucinta. Bukan malah memberitakan perdebatan pada jenis kelamin. Sebab hal tersebut, tidak memberikan manfaat bagi publik.
“Kami memahami bahwa ada sebagian masyarakat yang selalu ingin mengetahui atau update tentang kehidupan pesohor, sosialita atau selebritas,” ujarnya di Jakarta, Senin (17/2/2020).
Ia menginggatkan, fungsi penyiaran yakni menyampaikan informasi yang berkualitas dan hiburan yang sehat kepada pemirsa. “Jangan sampai ruang-ruang publik kita dipenuhi hal-hal yang remeh, sehingga kita abai terhadap masalah-masalah lain yang lebih penting untuk disiarkan,” katanya.
Dari catatan pihaknya, pemberitaan atau pembicaraan Lucinta Luna selama beberapa hari terakhir, selalu ada dalam program infotainmen, variety show, bahkan program berita di televisi swasta.
Oleh karena itu, kata Hardly, pihaknya meminta lembaga penyiaran menghentikan dramatisasi melalui pemberitaan yang berlebihan pada program siaran tersebut.
“Ini agar tidak mengaburkan substansi yang dapat menimbulkan persepsi yang keliru,” kata di.
Sebelumnya, Kepolisian mengamankan Lucinta Luna beserta tiga orang lainnya atas dugaan pemakaian narkoba di Apartemen Thamrin City, Jakarta Barat pada Selasa (11/2/2020) lalu. Dua orang diketahui sebagai staf Lucinta, H dan N dan satu orang lainnya adalah seorang perempuan berinisial D.
Polisi menemukan ekstasi di keranjang sampah di tempat Lucinta Luna diamankan. Dari pengakuan baru Lucinta atas penyalahgunaan narkotika, ia telah memakai obat penenang selama lima bulan belakangan. Meski demikian, ia enggan menanggapi soal ditemukannya ekstasi tersebut.
Lucinta juga mengaku menderita depresi karena mengalami bullying (perundungan) di media sosial. [Fan]