Teknologi Jerman terkenal canggih. Senjata seperti rudal V-2, pesawat tempur Messerschmitt Me 262, dan kapal selam Type XXI tampak seperti senjata ajaib, memungkinkan Jerman untuk menyerang musuh yang lebih kuat selama perang.
JERNIH—Belum juga Perang Dunia II berhenti dan senjata tak lagi keras menyalak pada 1945, pasukan Sekutu telah menyusun rencana untuk mengumpulkan sebanyak mungkin teknologi Jerman. Pasalnya, mereka mesin perang Jerman mereka akui telah menyebabkan kehancuran yang tak terhitung di seluruh benua Eropa. Demikian The National Interest menulis.
Teknologi Jerman terkenal canggih. Senjata seperti rudal V-2, pesawat tempur Messerschmitt Me 262, dan kapal selam Type XXI tampak seperti senjata ajaib, memungkinkan Jerman untuk menyerang musuh yang lebih kuat selama perang.
Buku baru penulis Amerika Serikat, Douglas O’Reagan, “Taking Nazi Technology: Allied Exploitation of German Science After the Second World War”, merinci apa yang ditemukan Amerika Serikat ketika mereka mulai menjarah Nazi Jerman, dan mengapa mereka kecewa dengan hasil rampasan perang mereka.
Saat AS merasa sangat gelisah tentang kepemimpinan teknologinya, kisah tersebut memiliki pelajaran penting bagi para pembuat kebijakan.
Perampasan senjata NAZI
The National Interest menulis, gagasan supremasi militer dan teknologi Jerman secara luas dipercaya di Amerika Serikat sebelum dan selama perang. Industri Jerman memiliki kualitas yang nyaris melegenda, bahkan ketika indikator objektif dari kecakapan teknologi mulai berpihak pada AS pada awal abad kedua puluh.
Kecanggihan yang nyata dari rudal V-2 dan jet tempur Me 262 (bersama dengan retorika tentang efektivitas “senjata super” lainnya), juga membuat Amerika percaya bahwa Jerman telah memanfaatkan inovasi teknologi dalam skala besar.
Namun, Amerika Serikat tidak memiliki infrastruktur intelijen untuk merampas dan mengeksploitasi teknologi Jerman. Banyak yang dikembangkan dengan tergesa-gesa, seringkali dengan kualitas intelijen yang tidak professional, tidak berpengalaman dan tidak terlatih dengan baik.
Ketika Amerika akhirnya menyerang masalah penggunaan teknologi Jerman, AS melakukannya dengan cara yang serampangan, dengan serangkaian lembaga dan akronim yang membingungkan.
Operation “Paperclip” yang berfokus pada apa yang pada akhirnya disebut sebagai teknologi kedirgantaraan relatif terkenal. FIAT (Field Information Agency, Technical) menjadi penggerak birokrasi utama, yang bertugas memfasilitasi penyelidikan dan akuisisi teknologi Jerman.
Siapa saja yang berminat?
Amerika Serikat tidak sendirian dalam mencari “reparasi intelektual”. Uni Soviet terkenal mengevakuasi sebagian besar industri Jerman timur ke Soviet, bersama dengan komunitas besar ilmuwan dan insinyur. Inggris dan Prancis juga terlibat dalam upaya perampasan senjata. Inggris memiliki tujuan untuk mempertahankan posisinya di kancah internasional, sementara Prancis berfokus pada pemulihan kerusakan yang disebabkan oleh perang.
Artinya, Jerman penuh dengan ilmuwan, insinyur, pengusaha, dan perwira militer yang mencari sesuatu yang berharga. Kertas dan mikrofilm saja tidaklah cukup, karena para ilmuwan dan insinyur sendiri menyimpan nilai berharga di dalam kepala mereka. Hal itu sering menyebabkan orang-orang diculik hanya untuk menjauhkan mereka dari negara lain.
Bagi Amerika Serikat dan (pada tingkat lebih rendah) Inggris, hal itu sangat disepakati. Jerman pasca-perang sangat miskin, sementara ada peluang menjanjikan di luar negeri. Bagi orang Jerman yang dibawa ke Uni Soviet, nasibnya kurang menyenangkan.
Hasil rampasan
The National Interest menulis, O’Reagan berpendapat bahwa Amerika Serikat melihat beberapa keuntungan teknologi yang nyata, hanya saja tidak sejauh yang diharapkan siapa pun. Program roket Jerman cukup maju, sementara AS diuntungkan oleh keahlian para ilmuwan dan insinyur roket Jerman. Amerika juga belajar banyak dari industri mesin jet Jerman, yang berkaitan dengan mesin itu sendiri maupun prosedur pengujian Jerman.
Industri kimia Jerman, yang sangat maju pada saat itu, juga bernilai bagi Amerika, karena Jerman telah banyak berinvestasi dalam mengembangkan teknologi minyak dan karet sintetis. Setiap perusahaan AS juga belajar banyak tentang bagaimana rekan-rekan Jerman mereka beroperasi, yang memberi mereka keunggulan dalam persaingan ekonomi pasca-perang.
Apa yang harus dilakukan dengan teknologi yang disesuaikan secara alami merupakan hal kontroversial. Di Amerika, setidaknya, timbul kemitraan publik-swasta. Perusahaan-perusahaan AS mengirim personel mereka ke Eropa untuk menyelidiki rekan-rekan Jerman dan mencoba belajar sebanyak yang mereka bisa.
Pemerintah AS mendukung upaya tersebut, sebagian karena keyakinan ideologis pada bisnis besar, dan bahwa pemerintah harus bekerja sama untuk memfasilitasi kemajuan teknis dan ilmiah. Banyak orang Amerika juga percaya, karena perang telah menjadi upaya publik, distribusi rampasan perang harus dilakukan secara publik. Hal itu sering bertentangan dengan upaya masing-masing perusahaan, yang berusaha menguntungkan diri sendiri dan mengalahkan pesaing.
Pampasan yang mengecewakan
Namun, secara keseluruhan, The National Interest mencatat betapa banyak orang Amerika Serikat kecewa dengan apa yang mereka temukan di Jerman. Perkakas mesin, prosedur jalur perakitan, dan bidang serupa di mana para insinyur AS diharapkan menemukan kemajuan besar, ternyata tidak berguna. Mengapa orang Jerman tidak dominan dalam teknologi seperti yang diharapkan orang Amerika? O’Reagan menawarkan beberapa alasan.
Sifat berbahaya dan anti-semit dari rezim Nazi Jerman membuat banyak ilmuwan dan insinyur menjauh, termasuk sejumlah besar orang Yahudi yang bermukim kembali di Inggris dan Amerika. Sifat rezim juga mempersulit para insinyur dan ilmuwan Jerman untuk tetap mengikuti perkembangan inovasi asing, karena mereka tidak diundang dalam konferensi dan dijauhi oleh calon kolaborator.
Akhirnya, meskipun investasi besar-besaran Jerman dalam kemampuan militer mendorong beberapa inovasi, itu juga menarik dana dari penelitian dasar dan aplikasi sipil.
Upaya frustrasi untuk menarik reparasi intelektual dari Jerman setelah Perang Dunia II membuahkan beberapa pelajaran bagi Amerika Serikat saat ini. Pertama, penggunaan teknologi asing lebih sulit daripada yang terlihat.
Hikmah itu terus dipelajari selama bertahun-tahun oleh perusahaan dan negara yang mencoba mencuri teknologi, dan itu tetap berlaku sampai sekarang. Amerika harus menerimanya ketika berpikir tentang pencurian kekayaan intelektual China.
Kedua, usaha ilmiah pada dasarnya bersifat internasional, dengan para ilmuwan dan insinyur mendapat manfaat dari pengetahuan dan pengalaman rekan-rekan mereka. Tidak ada strategi swasembada nasional untuk keberhasilan inovasi teknologi. Amerika harus mengingat hal ini ketika mereka memikirkan kesehatan universitas riset mereka, yang kebanyakan mengandalkan mahasiswa asing.
Douglas O’Reagan berargumen bahwa salah satu warisan abadi dari upaya untuk merebut teknologi Nazi Jerman adalah kepercayaan yang tumbuh pada supremasi teknologi Amerika Serikat.
Pada tahun-tahun pasca-perang, hal itu mengarah pada sistem kontrol ekspor yang luas yang dirancang untuk mencegah inovasi AS yang paling maju agar tidak jatuh ke tangan Uni Soviet. Persepsi tentang supremasi teknologi AS tersebut masih menjadi ciri kebijakan teknologi AS saat ini, mengingat meningkatnya kekhawatiran tentang pencurian kekayaan intelektual oleh Cina. [The National Interest]