- Sejumlah orang Kuba datang langsung dari negara mereka, teken kontrak, berlatih, terjun ke medan perang, dan tak kembali.
- Perekrutan dilakukan lewat online, dengan janji gaji Rp 32 juta dan peluang menjadi warga negara Rusia.
JERNIH — Di era Uni Soviet, Kuba adalah sahabat jauh orang Rusia karena kesamaan ideologi. Kini, Moskwa berusaha merangkul sahabat lama untuk keperluan perang di Ukraina.
Investigasi The Moscow Times menunjukan perekrut sumber daya manusia untuk keperluan perang di Ukraina aktif menjangkau generasi muda Kuba secara online. Perekrut menjanjikan kontrak militer menguntungkan, bantuan relokasi ke Rusia, dan kewarga-negaraan bagi keluarga yang direkrut.
Pihak berwenang Kuba, Selasa 5 September, mengumumkan telah mengidentifikasi dugaan jaringan perdagangan manusia yang bertujuan merekrut warganya untuk perang di Ukraina.
Ada beberapa akun media sosial yang berusaha membujuk pengangguran di Kuba untuk mendaftar sebagai tentara. Salah satunya Cubanos en Moscu (Orang Kuba di Moskwa), dengan sebagian besar postingan mengiklankan layanan kontrak militer di Rusia.
Akun dibuat dan dikelola seorang perempuan bernama Elena Shuvalova. Warga Kuba, tulis Shuvalova, dapat menandatangani kontrak satu tahun dengan militer Rusia. Imbalannya, gaji 2.090 dolar AS (Rp 32 juta) per bulan, janji kewarganegaraan dan relokasi keluarga rekrutan ke Rusia.
Shuvalova tidak hanya menyasar warga Kuba, tapi juga siapa pun dengan paspor habis masa berlaku atau hilang. Pendaftaran sangat mudah, yaitu pelamar memberikan foto dan surat imigrasi. Bahkan, imigran tak berdokumen juga bisa mendaftar.
“Kalau tidak punya paspor tapi punya foto itu sudah bagus,” kata Shuvalova menjawab pertanyaan The Moscow Times. “Tidak punya foto pun bisa tanda tangan kontrak.”
Shuvalova mengatakan telah memfasilitasi perjalanan sejumlah warga Kuba ke garis depan pertempuran di Ukraina. Menggunakan kemampuan berbahasa Spanyol, Shuvalova semuanya secara gratis.
Ketika ditanya apakah dia bekerja di Kementerian Pertahanan Rusia, Shuvalova tak menjawab.
Shuvalova juga membagikan ikan rekrutmen untuk orang asing di VKontakte, situs media sosial populer di Rusia. Dalam profilnya, Shuvalova memunculkan foto-foto disertai simbol Z, yang artinya pro-perang alias mendukung invasi Moskwa ke Ukraina.
Mei lalu, sebuah outlet berita lokal di wilayah Ryazan menerbitkan foto-foto sejumlah warga Kuba berangkat perang ke Ukraina. Dua pria kuba yang berbicara kepada The Moscow Times mengatakan ingin bertempur untuk Rusia tapi masih menunggu tanggapan dari perekrut.
“Saya tahu Rusia membayar dengan sangat bagus. Ini adalah cara menghasilkan uang, mungkin kelak saya tinggal di Rusia,” kata salah satu dari mereka.
Datang, Teken Kontrak, Lenyap
Seorang penerjemah Bahasa Spanyol yang bekerja dengan diaspora Kuba di Rusia membenarkan kabar Moskwa merekrut orang Kuba. “Banyak anak muda yang datang langsung dari Kuba untuk mencari uang di sini,” katanya. “Mereka menandatangani kontrak, berlatih tempur, dan berangkat ke medan perang.”
Penerjeman itu tak menyebut kapan legiun Kuba pertama teken kontrak dan berangkat ke medan tempur. Yang pasti, katanya, orang-orang Kuba itu tak pernah kembali, alias lenyap
“Kemungkinannya mereka terbunuh,” kata penerjemah itu. “Keluarganya mereka berusaha mencari lewat diaspora Kuba di Rusia atau media sosial.”
Bagaimana soal gaji dan fasilitas yang ditawarkan? Penerjemah itu mengatakan; “Saya tidak ada urusan dengan semua itu.”
Intelejen Inggris mengatakan Rusia tidak hanya berusaha merekrut orang Kuba untuk memenuhi kebutuhan personel tempur di Ukraina, tapi juga membujuk orang-orang dari negara-negara eks Uni Soviet. Buktinya, iklan perekrutan serdadu muncul di Armenia dan Kazakshtan.