JAKARTA – Ustad dan ulama yang anti Pancasila sebagai ideologi bangsa, tak patut untuk diikuti. Apalagi yang mengajak atau mengajarkan kekerasan dan kebencian. Sebab sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat untuk orang lain disekitarnya.
“Bila ada orang mengaku beragama tapi bukan menyebarkan kebaikan, justru menyebarkan kebencian, hasutan, dan caci maki terhadap Pancasila dan pemerintah, maka tak layak diikuti walaupun bergelar ustad atau ulama,” Pendiri NII Crisis Center, Ken Setiawan melalui keterangan tertulisnya di Jakarta, Minggu (22/12/2019).
“Kalau ada orang mengaku beragama tapi selalu menyalahkan orang lain, mengkafirkan Pancasila dan pemerintah, saya rasa dia belajar dengan guru yang salah. Jadi jangan di ikuti,” Ken menambahkan.
Ia menjelaskan, saat ini banyak orang yang mengaku beragama dengan gelar ustad atau ulama, namun perangainya sangat berseberangan dengan tauladan umat Islam yaitu Nabi Muhamad SAW.
“Mengaku ustad atau ulama tapi aktifitasnya menghujat, menghasut, dan mengajarkan kebencian kepada orang lain. Bahkan mau mengganti Pancasila yang dianggap sebagai taghut/ berhala dengan Negara Islam atau Khilafah Islam,” katanya.
Menurut Ken, para pendiri bangsa telah menciptakan suasana persatuan dan kesatuan yang dirajut melalui Bhineka Tunggal Ika. Karena itu, sebagai umat beragama ada baiknya berlomba-lamba dalam kebaikan.
“Kita punya rajutan Bhineka Tunggal Ika, NKRI, dan UUD 1945. Jadi jangan dirobek rajutan itu,” kata dia.
“Sebagai orang yang beragama, maka berbuatlah dengan belomba lomba dalam kebaikan,” Ken melanjutkan.
Ia juga mengajak masyarakat menjadi duta perdamaian di lingkungan masing-masing baik keluarga atau tempat tinggal, dengan menyampaikan cinta kasih pada sesama manusia.
“Sampaikan cinta kasih, bukan ajaran perang hanya karena berbeda paham,” ujar Ken. [Fan]