- Ketiganya dilaporkan rekan sesama mahasiswa.
- Ketiganya diadili di depan umum dan terancam didepak dari kampus, serta tak mendapat pekerjaan.
JERNIH — Tiga mahasiswa Universitas Haeju di Propinsi Hwanghae Selatan, diseret ke pengadilan umum karena menonton dan mendistribusikan video K-Drama.
Mengutip sejumlah sumber, Daily NK — situs berita Korea Utara yang berbasis di Seoul — memberitakan Korut menyeret ketiganya ke pengadilan terbuka di sebuah pabrik mesin pertanian di Haeju pada 30 Juni.
Sebelum kader-kader Partai Pekerja Korut dan institusi besar pemerintah berkerumun menyaksikan pengadilan itu jaksa membacakan tuduhan. Ketiganya dinyatakan terbukti menonton dan mendistribusikan video K-Drama dan musik Korsel.
Ketiga terdakwa berusia 20 tahun, dan masih berstatus mahasiswa Universitas Pendidikan Haeju. Selama persidangan, tangan dan kaki mereka dibelenggu. Mereka dituduh secara teratur bersama-sama menonton film dan video musuik Korsel, dan membagikannya kepada siswa lain.
Pihak berwenang Korut dikabar memanggil orang tua ketiga mahasiswa, sekretaris partai dari tempat orang tua mereka bekerja juga hadir. Bahkan, kepapa pabrik mesin pertanian duduk paling depan.
Jaksa tidak hanya menyebut nama para mahasiswa, tapi jgua orang tua, rincian keluarga, dan lainnya. Pejabat pengadilan mengatakan semua yang disebut terlibat dalam pelanggaran ini.
Pengadilan mengatakan mereka, yang namanya disebut, tidak akan lagi bisa berjalan di sekitar kota dengan kepala tegak.
Sumber Daily NK mengatakan ketiga mahasiswa itu tahu rekannya melaporkan ke pihak berwajib. Ketiganya mengancam pelapor, dan coba melarikan diri tapi tertangkap berdasarkan petunjuk dari pengawas mereka.
Kemenetrian Kemananan Korut menemukan beberapa USB dengan film Korsel, siaran musik, dan video msuik, di rumah dan loker di kampus mereka. Namun ketiga mahasiswa itu menolak mengakui dari mana mereka mendapatkan semua itu, yang membuat agen pemerintah marah.
Insiden itu memaksa pihak berwenang Korut mengirim tim inspeksi ke Universitas Pendidikan Haeju dan universitas lain di kota itu untuk membasmi perilaku anti-sosialis dan non-sosialis di kalangan mahasiswa.
Ketiga mahasiswa itu diperingatakan menghadapi kemungkinan diusir dari partai, kehilangan pekerjaan, bahkan pengasingan.