JAKARTA— Sikap Kepolisian–dalam hal ini Korps Lalu Lintas Polri (Korlantas), dalam menangani penyekatan seiring Operasi Ketupat 2020 yang mengesankan sisi humanis di tengah ketegasan mereka, diapresiasi banyak pihak.
Anggota Komisi III DPR RI Fraksi PDIP, Arteria Dahlan, menilai jajaran Korlantas berhasil menerjemahkan instruksi Presiden Joko Widodo yang melarang mudik bagi masyarakat untuk mencegah penyebaran virus corona.
“Saya mengaresiasi kinerja luar biasa atas respons cepat, kerja keras, kerja cerdas Korlantas dalam menerjemahkan instruksi Presiden soal larangan mudik,” kata Arteria. Dia merasa kagum atas kesigapan jajaran Korlantas menjalankan instruksi larangan mudik yang terkesan tidak populer dan melawan sensitivitas publik. Kata Arteria, andai saja hal itu tidak dilakukan dengan openuh sikap humanis, hal itu dikhawatirkan akan menimbulkan kegaduhan dan permasalahan baru.
“Namun Polri dapat menerjemahkan dengan sangat baik. Dalam praktiknya dapat dilaksanakan dengan keheningan, tanpa gejolak dan riak sedikit pun,”kata Arteria, memuji. “Kakorlantas Polri, Irjen Istiono, telah mengedepankan visi Promoter (profesional, modern dan terpercaya) di dalam melaksanakan tugasnya. Hal ini terlihat dari penerapan di lapangan yang telah direncanakan dengan matang,” kata dia, menambahkan.
Apresiasi serupa juga disampaikan anggota Komisi Kepolisian Nasional (Kompolnas) Poengky Indarti. Dia mengatakan, cara Korlantas Polri menghadapi para pemudik sudah sangat tepat. “Sejauh ini saya melihat Korlantas sudah melaksanakan tugasnya dengan baik untuk melayani, mengayomi, melindungi masyarakat, dan menegakkan hukum guna mewujudkan harkamtibmas,” ujar Poengky. Pendekatan yang dilakukan terhadap pemudik yang nekat walau jalanan sudah disekat pun, cukup baik. “Meski tegas, penyampaian Korlantas secara humanis di lapangan dengan mengimbau masyarakat untuk mengurungkan niat, sangatlah tepat,” kata dia.
Dia juga menghargai tinggi upaya Korlantas, yang selain mengerahkan sumber daya manusia, juga menggunakan kemajuan teknologi komunikasi canggih, antara lain dengan command center, drone, dan CCTV untuk memantau arus lalu lintas.
Meski begitu, Poengky menyarankan agar Korlantas juga menyiapkan skenario penyekatan di jalur-jalur tikus yang dimanfaatkan para pemudik untuk pulang kampung. “Nah, cara-cara ini yang harus diantisipasi Korlantas, misalnya menyiapkan penjagaan di beberapa jalan ‘tikus’ menuju daerah,” ujarnya.
Sementara itu, Kakorlantas Polri Irjen Pol Irjen Istiono mengatakan, Operasi Ketupat yang secara rutin digelar Polri pada Ramadhan hingga usai Lebaran setiap tahun, pada pelaksanaan tahun ini dinilai lebih menantang. Pasalnya, pada tahun ini Operasi Ketupat juga disertai dengan operasi penyekatan yang dilaksanakan 24 jam penuh selama sebulan lebih, untuk menahan laju penyebaran covid-19 seiring merebaknya pandemi virus corona.
Tantangan itu adalah keharusan untuk bisa mengedepankan sikap humanis, penuh rasa empati dan kemanusiaan, tanpa meninggalkan sikap tegas yang seharusnya ditegakkan aparat dalam penanggulangan covid-19.
“Pada Operasi Ketupat 2020 kali ini, petugas tidak boleh lengah memantau kendaraan yang lewat,”kata Kepala Korps Lalu Lintas Polri Irjen Istiono. “Bila pada Operasi Ketupat sebelum-sebelumnya, petugas bisa lebih santai, ini tidak mungkin. Petugas harus jaga terus, harus mengingatkan pengguna jalan yang mau pulang kampung.”
Petugas Polri, dibantu aparat Dinas Perhubungan dan Jasa Marga di lapangan benar-benar harus bersiaga selama 24 jam penuh. Setiap menit masih ada saja kendaraan, baik pribadi maupun umum yang mencoba dengan berbagai alasan untuk pulang ke kampung halaman, mengikuti ritus tahunan, seolah tak ada kejadian besar berupa ganasnya pandemi virus corona. Di seluruh dunia, hingga Minggu 26 April, virus ini telah menginfeksi 2.930.901 orang, membunuh 203.413 orang, dengan 838.306 orang dinyatakan kembali sembuh. Di Indonesia, hingga Minggu (26/4) virus ini menginfeksi 9.157 orang, membuat 743 orang meninggal dan 1.107 dinyatakan sembuh.
Menurut Kakorlantas, hingga Jumat siang pukul 12.00, ke-16 check point di wilayah hukum Polda Metro Jaya melaporkan telah memutar-balik sekitar 1.400 kendaraan kembali ke rumah masing-masing. Irjen Istiono mengatakan, tidak semua pengemudi diminta putar balik. Polri secara selektif memilah kendaraan apa maksud pengendara dalam perjalanan yang dilakukannya. “Karakteristik pengguna jalan di pagi hari berbeda dengan karakteristik pengguna jalan siang hari, sore, dan malam. Kami harus sangat selektif agar fair,” kata dia.
Agar mencapai sasaran secara optimal, Istiono mengatakan penyekatan pun tak hanya dilakukan di jalur tol, namun juga di jalur-jalur arteri ke dan keluar Jabodetabek. “Kalau di sini lolos, di depan, mobil akan terjaring lagi, terus sampai Jawa Tengah,” kata Irjen Istiono.
Saat ditanya apakah Polri akan menerapkan sanksi kepada para pengendara yang ketahuan akan pulang kampong, Irjen Istiono mengatakan pihaknya tidak ingin melakukan sesuatu yang akan terkesan berlebihan.
“Saya kira ini sudah kami lakukan semaksimal mungkin. Harus putar balik itu menurut saya sudah serupa sanksi. Mereka kembali ke rumah itu sudah sanksi, kekecewaan itu sudah menjadi sebuah sanksi. Tidak perlu sanksi lain. Ini kita upayakan sudah cukup, sudah cukup maksimal,” kata Kakorlantas.
Pada saat meninjau hari ketiga operasi di Pelabuhan Merak, Irjen Istiono mengatakan bahwa apa yang terlaksana di lapangan sudah sangat baik dan maksimal. Pencegahan terhadap kendaraan yang akan mudik melalui Pelabuhan Merak, berhasil, terlihat kondisi Pelabuhan Merak sepi dari mobil pribadi dan kendaraan roda dua.
“Kurang lebih 350 kendaraan yang menuju Pelabuhan Merak sudah kita putar balikan selama dua hari OPS Ketupat. Kemudian, aktivitas pelabuhan sangat sepi, sudah tidak ada kendaraan pribadi, hanya barang dan logistik. Ini tandanya kesadaran masyarakat untuk tidak mudik sudah bagus,” ujar Kakorlantas. [ ]