“Bagaimana bisa melihat saudara-saudara kita begitu saja, misalnya harus kelaparan. Akibatnya mereka bisa jadi terpapar paham radikal intoleran”
JAKARTA – Islam mengajarkan satu hal, menyucikan diri harus diekspresikan dengan berbagi. Karena itu, jangan pernah merasa paling suci jika tidak pernah berbagi dan memberi manfaat kepada yang lain.
Demikian dikatakan Ketua Umum Pengurus Besar Mathla’ul Anwar (Ketum PB MA), Embay Mulya Syarief, di Jakarta, Sabtu (8/5/2021).
Ia mengatakan, sesungguhnya agama islam adalah agama yang sangat menekankan kasih sayang. “Bagaimana bisa melihat saudara-saudara kita begitu saja, misalnya harus kelaparan. Akibatnya mereka bisa jadi terpapar paham radikal intoleran,” ujarnya.
Ia menjelaskan, Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib pernah menyatakan ‘Kaadal faqru an yakuuna kufran’, yang artinya kemiskinan, kefakiran akan menjerumuskan seseorang kepada kekufuran. Bahkan Rasulullah Muhammad SAW bersabda ‘irhamu man fil ardi, yarhamkum man fissamaa’, artinya ‘sayangi yang ada di bumi, maka niscaya engkau akan disayangi oleh yang ada di langit.
“Semuanya yang ada di langit dan di bumi ini adalah kepunyaan Allah. Oleh sebab itu, harta yang dititipkan kepada kita oleh Allah diwajibkan untuk diberikan (dizakatkan) hanya sebesar 2,5 persen saja dari yang dimiliki,” kata dia.
“Keterlaluan, orang yang sudah diberikan begitu banyak tetapi tidak melakukan zakat,” Embay menambahkan.
Ia mencontohkan, bila ada orang memiliki harta sebesar Rp100 juta, maka 2,5 persen wajib diberikan ke orang lain. Karenanya, zakat tidak ada susahnya, tinggal orang menyadari bahwa rezeki datang dari Allah.
“Ongkos kirim dari Allah ini jauh lebih besar yakni 97,5 persen, padahal yang disuruh untuk disampaikan itu hanya 2,5 persen,” katanya.